TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur, Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, mengatakan, tahun ini industri logam dasar nasional di sektor hulu mengalami pertumbuhan sekitar 18,22 persen. Pertumbuhan itu terkerek dari meningkatnya permintaan baja secara nasional. "Ekspor juga meningkat tiga kali lipat dari tahun sebelumnya," kata dia, Selasa, 29 November 2011.
Tahun lalu, ekspor logam mencapai US$ 10,8 juta. Nilai itu kembali naik pada 2011 mencapai US$ 30 juta lebih.
Panggah mencontohkan, permintaan crude steel sebagai bahan baku pembuatan produk baja yang terus naik. Setiap tahun, kata dia, rata-rata kebutuhan nasional mencapai 10 juta. Permintaan itu untuk mencukupi pesanan dalam negeri maupun untuk diekspor ke luar negeri.
Tapi tingginya permintaan belum seimbang dengan tingkat produksi dalam negeri. Hasil produksi 313 perusahaan yang berada di dalam negeri rata-rata setiap tahun hanya mencukupi 9,8 juta ton.
Akibatnya, untuk mencukupi permintaan itu, beberapa perusahaan mengimpor produk dari luar negeri. Meski demikian, nilai impor crude steel saban tahun semakin menurun.
Pada 2009, nilai impor produksi logam mencapai US$ 15,1 juta dan pada tahun berikutnya menurun menjadi US$ 13,7 juta. Penurunan disebabkan semakin banyaknya pabrik logam kecil yang berinvestasi di dalam negeri, misalnya investor dari Cina.
Panggah menyebutkan, dari 313 pabrik besar, kini sudah ada tambahan 30 pabrik peleburan baja kecil. Adapun dari jumlah itu, 10 pabrik masuk pada tahun ini.
Hal itu mendorong meningkatnya nilai investasi, baik dari pemodal asing maupun pemodal dalam negeri pada sektor itu yang mencapai Rp 41,62 triliun tahun lalu. Tahun ini, dengan bertambahnya 10 pabrik tersebut, nilai investasi diprediksi semakin meningkat. Hal ini diharapkan mampu mengerek nilai produksi dan menekan nilai impor. "Tapi angkanya masih dihitung," ucap Panggah.
Hal itu dibenarkan Direktur Material Dasar Logam Departemen Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan. Akibat bertambahnya pabrik, rata-rata produksi meningkat tipis, yakni sebesar lagi 12 persen per tahun.
Sementara konsumsi naik sebesar 15 persen per tahun. Konsumsi meningkat pada sektor hilir, misalnya untuk permintaan produksi peralatan-peralatan rumah tangga.
MUHAMMAD TAUFIK