TEMPO Interaktif, Jakarta-Serikat Pekerja Kereta Api (SPKA) kembali mengancam akan mogok kerja awal bulan depan lantaran tuntutan alokasi bahan bakar minyak bersubsidi belum juga diberikan oleh pemerintah. Jika semula aksi mogok akan dilakukan selama 3 jam, kali ini penghentian operasi terancam dilakukan sehari penuh.
Menurut ketua SPKA, Sri Nugroho, aksi mogok sehari penuh ini rencananya dilakukan pada 13 Desember jika pemerintah tak memberi respon atas tuntutan mereka. Awal November lalu, SPKA berencana menghentikan operasi pada 6 Desember selama 3 jam beban puncak penumpang, yakni pukul 05.00 WIB hingga 08.00 WIB.
Kemarin mereka pun mengirim surat kepada Presiden, sejumlah Kementerian serta Kepolisian ihwal aksi ini. "Kami ingin pemerintah serius, kalau tidak ada tanggapan aksi akan berlanjut,” kata dia di Jakarta kemarin.
Nugroho menegaskan, aksi ini dilakukan karena pemerintah tetap menolak memberi bahan bakar bersubsidi pada kereta api. Penolakan ini melanggar Peraturan Presiden tentang harga jual eceran BBM karena kereta api merupakan angkutan umum yang dapat memperoleh subsidi.
Saat ini, harga solar untuk PT Kereta Api mencapai Rp 9.000 per liter atau sama dengan harga industri. Sementara truk angkutan barang tetap dikenakan harga subsidi sebesar Rp 4.500 per liter. "Akibatnya sejak Maret 2010 kami merugi hingga Rp 400 miliar,” ujarnya.
Aksi pekerja kereta api ini pun menuai dukungan. “Mogoknya jangan cuma tiga jam, bila perlu sampai tiga hari,” kata Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia, Djoko Setijowarno.
Djoko menyatakan dengan pemogokan itu masyarakat bisa mengetahui sejauh mana keseriusan pemerintah untuk mengembangkan kereta api. Ia meminta pemerintah konsisten mendukung kinerja bisnis kereta api yang selama ini morat-marit. “Di satu membutuhkan, tapi di sisi lain dimatikan perkembangannya,” ujarnya.
FRANSISCO ROSARIANS | SAHRUL | ROFIUDIN (SEMARANG)