TEMPO Interaktif, Hamburg - Pertumbuhan ekonomi yang tertinggi di Asia Tenggara ternyata tidak membuat Indonesia lantas berkontribusi besar dalam nilai perdagangan ASEAN-Uni Eropa. Data Euro Statistic 2010 menunjukkan Indonesia hanya menyumbang US$ 20 miliar dari total nilai perdagangan dua kawasan sebesar 146 miliar euro, atau sekitar US$ 200 miliar.
Dengan begitu, Indonesia menempati urutan keempat terbesar menyumbang nilai perdagangan setelah Singapura dengan nilai US$ 43 miliar, Malaysia US$ 32 miliar dan Thailand US$ 27 miliar. “Mengapa nilai ekspor Indonesia ke negara-negara Eropa lebih kecil dibanding tiga negara di Asia Tenggara tadi, yang sumber daya alamnya notabene tak sekaya Indonesia?” kata Duta Besar Indonesia untuk Brussel, Arif Havaz Oegroseno dalam forum Indonesia Business Day, awal pekan ini.
Ia menilai perekonomian Indonesia yang tumbuh 6 persen dan terbesar di Asia Tenggara dan termasuk 17 besar di dunia seharusnya bisa lebih mendongkrak nilai perdagangan Indonesia dan Uni Eropa.
Manajer OAV wilayah ASEAN, Mathias Pfeifer menilai minimnya kontribusi perdagangan Indonesia itu salah satunya dipicu oleh kualitas produk ekspor yang belum mumpuni. Untuk kopi, misalnya, pembeli dari Eropa meminta adanya jaminan kualitas produk dan bentuk kemasan diberi label sesuai standar perdagangan internasional.
Jika Indonesia bisa meningkatkan mutu produk, perantara seperti perusahaan Singapura tidak lagi diperlukan. “Indonesia tidak memiliki teknologi packaging seperti Singapura.”
Tahun lalu nilai ekspor Indonesia ke Jerman tercatat mencapai nilai 3,6 miliar euro. Produk andalan ekspor Indonesia ke Jerman tidak cuma terbatas tekstil, tapi juga produk kimia dan besi baja.
Di Indonesia terdapat sekitar 300 perusahaan Jerman dengan nilai total investasi US$ 157,6 miliar. Dalam seminar juga ditandatangani kesepakatan kerja sama antara perusahaan raksasa Helm AG dengan PT Elsoro Mujlti Pratama, perusahaan kimia yang beroperasi di kota Gresik, Jawa Timur.
Seminar ini diadakan sebagai penjajakan peningkatan perdagangan Indonesia dan Jerman dalam rangka rencana kunjungan Presiden Jerman Christian Wulf akhir November 2011 yang akan membawa 10 pengusaha ke Indonesia dan rencana kunjungan Kanselir Angela Merkel ke Indonesia tahun depan.
SRI PUDYASTUTI BAUMEISTER (HAMBURG)