TEMPO Interaktif, Jakarta - Positifnya fundamental Indonesia setelah bulan lalu terjadi deflasi dan ekonomi triwulan ketiga kemarin tumbuh 6,5 persen ikut mendukung penguatan rupiah.
Kondisi Eropa yang sedikit kondusif seiring rencana mundurnya Perdana Menteri Yunani akan mempercepat kucuran dana talangan bagi Negeri Para Dewa, juga mendukung rupiah menguat mendekati level 8.900 per dolar Amerika Serikat (AS).
Nilai tukar rupiah pada transaksi hari ini, Selasa, 8 November 2011, ditutup menguat 35 poin (0,39 persen) ke level 8.920 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Lindawati Susanto menjelaskan, naiknya harga saham dan tumbuhnya ekonomi Indonesia yang masih tumbuh 6,5 persen di triwulan ketiga tahun ini mendorong penguatan rupiah. “Tertahannya apresiasi dolar AS terhadap mata uang utama dunia membuat tekanan terhadap rupiah juga mereda,” tuturnya.
Rendahnya inflasi membuka ruang bagi Bank Indonesia kembali menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin dalam pertemuannya besok. “Namun, BI Rate yang baru diturunkan bulan lalu dan pasar global yang belum kondusif membuat bank sentral masih akan dipertahankan di 6,5 persen,” papar Linda.
Target pertumbuhan ekonomi Indonesia 2011 sebesar 6,5 persen masih tetap terjaga membuat BI akan tetap mempertahankan suku bunga patokannya. Kecuali pertumbuhan ekonomi masih berada di bawah target. Jika demikian, mungkin bank sentral akan menurunkan suku bunganya untuk memacu sektor riil dan perekonomian.
VIVA B. KUSNANDAR