TEMPO Interaktif, Jakarta -Pengamat ekonomi Aviliani menilai kesepakatan mengucurkan dana talangan US$ 1,4 triliun dan memangkas 50 persen utang Yunani tak akan banyak berdampak pada penyelesaian krisis ekonomi Eropa.
"Tiap tiga bulan, enam bulan akan begini terus, selesai utang timbul utang baru," ujarnya saat dihubungi Tempo, Ahad, 30 Oktober 2011.
Aviliani menjelaskan, Eropa memiliki dua masalah ekonomi yakni konsekuensi turunnya pajak akibat besarnya jumlah penduduk lanjut usia yang mencapai 70 persen dan besarnya tunjangan sosial yang harus ditanggung pemerintah.
Dengan kondisi ini, ia menilai kesepakatan pemimpin Eropa tak akan banyak berpengaruh pada pemulihan krisis ekonomi. "Mau sampai kapan dibantu," ujarnya. Adapun pengaruh dari kesepakatan tersebut, kata Aviliani, krisis bertahan dengan skala kecil. Dampaknya, fluktuasi nilai tukar dan indeks.
"Jadi jangan kaget, ini hal biasa," ujarnya. Kondisi ini, kata dia, akan terus berlangsung hingga krisis ekonomi Eropa berakhir. "Sekitar 5-10 tahun," kata dia. "Pada kondisi krisis kecil-kecil, rupiah naik turun di kisaran 8.500 - 9.500 per dolar AS dan indeks naik turun 1-10 persen," ujarnya.
Dalam kondisi terburuk, kata Aviliani, yakni jika terjadi gagal bayar utang oleh Yunani, Italia dan Portugal, industri manufaktur akan mengalami pukulan paling besar. Jika ini terjadi, pertumbuhan ekonomi bisa menurun di kisaran 5,2 - 5,9 persen.
Untuk meminimalisasi dampak krisis ekonomi di Indonesia, Aviliani menekankan pentingnya langkah-langkah penguatan pasar domestik, utamanya dengan membangun infrastruktur. "Jika MP3EI berjalan, pertumbuhan ekonomi di atas 7 persen, tapi jika tidak ada agresivitas dari pemerintah pertumbuhan sekitar 6,3 persen," ujarnya.
Sejalan dengan Aviliani, pengamat ekonomi Agustinus Prasetyantoko juga menjelaskan, selama koreksi pertumbuhan ekonomi Cina dan India tidak terlalu dalam, koreksi pertumbuhan nasional juga tak akan banyak terpengaruh. Pasalnya, 60 persen ekspor Indonesia dikirim ke dua negara tersebut.
Sementara itu, soal kesepakatan di Eropa, meski setuju dengan Aviliani bahwa solusi tersebut jangka pendek, tapi Agustinus menilai, solusi tersebut cukup membuat pasar tenang. Dia memprediksi kesepakatan ini berdampak pada peningkatan harga indeks dan penguatan rupiah.
"Indeks meningkat di angka 3.700 dan rupiah menguat sekitar 8.800," ujarnya.
MARTHA THERTINA