TEMPO Interaktif, Jakarta - Bank Indonesia mengakui banyak Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang ditutup karena masalah kredit macet. Hingga kini sedikitnya 18 BPR telah dilikuidasi oleh pemerintah.
Deputi Direktur Kredit BPR, dan UMKM Bank Indonesia, Mahdy Mahmudy, mengatakan, total 18 BPR yang ditutup per semester pertama tahunini. Sehingga jumlah BPR menyusut dari 1.700 pada awal tahun menjadi 1.682.
Sementara itu, kredit macet kotor atau non performance loan (NPL) Gross milik BPR hingga kini mencapai 6,22 persen per Juni. Tingkat NPL ini cukup mengkhawatirkan. Pasalnya Bank Indonesia mematok NPL hingga 5 persen untuk bank secara umum.
Data BI menyebutkan, ekspansi kredit usaha mikro kecil dan menengah milik BPR mencapai Rp 1,391 triliun per Juni. Adapun kredit kecil dan menengah mencapai Rp 2,17 triliun.
Total kredit bermasalah sektor UMKM milik BPR mencapai Rp 1,559 triliun atau 8,19 persen. Rata-rata ini lebih tinggi dari total NPL Gross UMKM perbankan mencapai 4,59 persen atau Rp 20,037 triliun.
Begitu juga dengan NPL kredit MKM. Per Juni mencapai 6,31 persen atau Rp 2,34 triliun, lebih tinggi dari NPL Gross kredit MKM perbankan di kisaran 2,99 persen atau Rp 32 triliun.
Mahdy melanjutkan, bank perkreditan rakyat juga banyak ditutup karena masalah fraud (penyelewengan dan penggelapan). "Artinya penyaluran dan pengelolaan tidak hati-hati," katanya.
Ketua Persatuan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia Joko Suyanto mengakui ada miskelola atau pengelolaan yang lalai. Tapi, bukan hanya itu saja. "Bisnisnya semakin memburuk," kata Joko saat dihubungi Tempo hari ini.
FEBRIANA FIRDAUS