TEMPO Interaktif, Jakarta - Pulau Jawa disebut sebagai tempat peredaran uang palsu tertinggi dibanding pulau-pulau lainnya di Indonesia. Dari 57.380 lembar uang palsu yang ada, sebagian besar ditemukan di Pulau Jawa.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Ardhayadi Mitroadmodjo menjelaskan uang palsu banyak ditemukan di Pulau Jawa ketimbang di pulau-pulau lainnya. "Yang di luar Jawa itu kelihatannya enggak ada, yang ada justru di Jawa," kata Ardhayadi saat memberikan keterangan pers di gedung Bank Indonesia, Kamis, 28 Juli 2011.
Direktur Peredaran Uang Bank Indonesia Muhammad Dahlan menambahkan jumlah uang palsu yang beredar saat ini mencapai rasio 1:6. "Artinya ada 6 lembar uang palsu per satu juta lembar," terang Dahlan. Total volume uang palsu yang beredar mencapai 57.380 lembar.
Rasio dan volume peredaran uang palsu menurun dibanding tahun 2010, yakni rasio mencapai 1:7 atau 7 tujuh lembar uang palsu per 1 juta lembar. Volume mencapai 70.104 lembar. Uang palsu terbanyak ditemukan pada nominal RP 100.000 sebanyak 33.270 lembar atau 57,99 persen dari total.
Peredaran uang palsu yang cukup besar juga di sejumlah daerah Pulau Jawa. Seperti di DKI Jakarta-Banten yang mencapai 40.844 lembar. Kemudian Jawa Tengah dengan 77.903 lembar.
Dahlan melanjutkan, untuk posisi Mei 2011 ini, uang palsu banyak ditemukan pada nominal Rp 50.000 dan Rp 100.000. Terbanyak, uang palsu ditemukan di Jawa Timur, yakni 22.426 lembar. Tapi, ada juga daerah yang tidak ditemukan uang palsu alias nihil, yakni Yogjakarta. "Tahun 2011 ini di Yogyakarta malah tidak ada temuan," katanya.
Sedangkan di luar Jawa, uang palsu terbanyak ditemukan di Lampung, yakni 3.653 lembar. Di daerah lain, peredaran uang palsu dilaporkan cukup minim. Di Sumatra Utara, misalkan, mencapai 91 lembar. Di Sulawesi Utara ditemukan sebanyak 34 lembar. "Di NTB hanya 250 lembar," tutur Dahlan.
Menurut Dahlan, penemuan uang palsu paling banyak dilaporkan oleh masyarakat dan kemudian ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian daerah setempat.
FEBRIANA FIRDAUS