TEMPO Interaktif, Jakarta - Asosiasi Pilot Garuda tetap berkukuh akan melakukan mogok kerja besok, 28 Juli 2011, mulai pukul 00.00-23.59 WIB. Seluruh pilot yang tergabung dalam asosiasi akan melakukan mogok terbang untuk rute-rute yang berangkat dari Jakarta (Bandara Soekarno Hatta), baik rute domestik maupun internasional.
"Instruksi sudah saya keluarkan kepada seluruh anggota untuk melaksanakan ketetapan yang ada. Seluruh anggota APG harus solid dan wajib ikuti instruksi presidennya," kata Presiden Asosiasi Pilot Garuda Stephanus Gerardus dalam konferensi persnya di Restoran Pulau Dua, Jakarta, Rabu, 27 Juli 2011.
Dia menegaskan, aksi mogok terbang akan dilakukan hanya untuk rute yang berangkat dari Jakarta, sedangkan untuk rute penerbangan domestik atau internasional menuju Jakarta tidak ada masalah. Menurut Stephanus, tindakan aksi mogok terbang ini terpaksa dilakukan mengingat tidak adanya kesepakatan antara manajemen perusahaan dengan asosiasi mengenai tuntutan anggota.
"Sampai detik ini belum tuntas. Dua kali perundingan yang dilakukan gagal total. Yang terakhir kami lihat ada indikasi pemecahbelahan di antara kami sesama pilot," ujarnya. Saat ini, asosiasi terdiri atas 564 anggota dari total 800 karyawan Garuda.
Sementara itu, kuasa hukum asosiasi Adnan Buyung Nasution mengungkapkan dalam UU Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2009 Pasal 137 disebutkan bahwa mogok kerja adalah hak dasar pekerja yang dilakukan dengan tertib dan sah setelah gagalnya perundingan. Asosiasi, kata Adnan, menilai ada miss management di dalam perusahaan PT Garuda Indonesia.
Adnan menjelaskan, ada beberapa permasalahan yang membuat asosiasi melakukan mogok terbang. Pertama, manajemen perusahaan dinilai tidak mengimbangi pertambahan pesawat dengan kru yang memadai sehingga perusahaan terpaksa menambah pilot asing. Kedua, bertambahnya jumlah pesawat tidak diimbangi dengan kru yang memadai sehingga berakibat jadwal pilot dan co-pilot menjadi sangat padat.
"Jadwal kapten dan co-pilotnya menjadi abnormal atau beban terbang overload. Ini dapat membahayakan keselamatan penerbangan," kata Adnan.
Permasalahan ketiga, adanya sikap diskriminatif terkait sistem remunerasi antara kapten dan co-pilot lokal dengan pilot asing yang dianggap menyebabkan ketimpangan pendapatan.
"Terkait beberapa permasalahan tersebut, pada dasarnya APG tidak bermaksud menjatuhkan manajemen Garuda, tapi hanya ingin membuat perusahaan lebih baik. Asosiasi kecewa karena aspirasi mereka selama ini kurang didengar oleh manajemen Garuda sehingga belum ada jalan keluar," jelasnya.
ROSALINA