TEMPO Interaktif, Semarang - Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah memperkirakan program swasembada gula di Jawa Tengah tahun 2013 terancam gagal. Sebab, dari tahun ke tahun gula mentah (raw sugar) yang diimpor dari negara lain terus masuk ke Jawa Tengah.
"Bagaimana mau swasembada gula kalau stok raw sugar yang dipasok ke pabrik gula jumlahnya dari tahun ke tahun selalu meningkat?" kata Anggota Komisi B DPRD saat membacakan tanggapan atas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Jawa Tengah dalam sidang paripurna, Selasa, 14 Juni 2011.
Seharusnya, kata Istajib, impor raw sugar dibatasi hanya untuk pabrik-pabrik gula yang diberi kewenangan mengolah gula mentah tersebut. Dari temuan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, kata dia, volume impor gula mentah dari industri gula nasional Kendal, dari tahun ke tahun naik tajam. Misalnya, pada 2009 impor gula mencapai 104.137 ton, lalu naik menjadi 142.594 ton tahun lalu, dan tahun ini impornya mencapai 211.500 ton.
"Kebijakan impor raw sugar berpotensi mengganggu swasembada gula yang sebenarnya dan kurang berpihak terhadap petani tebu," kata Istajib.
Untuk itu, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan mendesak Gubernur Jawa Tengah untuk mengevaluasi kebijakan tersebut. Istajib menyatakan kebijakan swasembada gula harus dilakukan dengan konsisten dan berpihak kepada petani tebu di Jawa Tengah.
Anggota dewan lainnya, Subandi, menyatakan bahwa sejauh ini keberadaan raw sugar sangat banyak di pabrik-pabrik gula. “Bagaimana kita mau swasembada gula kalau gulanya justru berasal dari impor.”
Seharusnya, kata Subandi, pemerintah provinsi secara pelan-pelan mengurangi raw sugar. Bila gula impor terus ada di Jawa Tengah dan kecenderungan meningkat, maka para petani tebu banyak yang beralih ke tanaman lain. DPRD akan segera memanggil Dinas Perkebunan Jawa Tengah untuk meminta penjelasan terkait masih banyaknya raw sugar.
ROFIUDDIN