TEMPO Interaktif, Jakarta - Badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak di sektor pertambangan, PT Timah (Persero) Tbk, meminta porsi dividen yang seharusnya disetorkan kepada para pemegang saham tahun ini dikurangi. "Kami usulkan kepada pemegang saham agar lebih rendah dari tahun lalu," kata Direktur Keuangan Perseroan, Krishna Syarif, Senin, 13 Juni 2011, di Hotel Nikko, Jakarta.
Pada tahun lalu, Perseroan membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2009 sebesar Rp 156,875 miliar atau sekitar 50 persen dari laba bersih tahun 2009 yang sebesar Rp 313,8 miliar. Untuk tahun ini, Timah ingin porsi tersebut diturunkan.
Namun, saat dikonfirmasi berapa porsi dividen yang diusulkan, Krishna belum bersedia menjelaskan. "Tunggu rapat pemegang saham. Intinya, karena kami mau melakukan pengembangan usaha, kami usulkan supaya lebih rendah," kata Krishna.
Berdasarkan data, laba bersih Perseroan pada 2010 sebesar Rp 947,9 miliar atau Rp 188,3 per saham atau meningkat signifikan sekitar 203 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 313,8 miliar atau Rp 62 per saham. Kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga logam timah dunia.
Pada pertengahan kuartal ketiga 2010, harga logam timah dunia meningkat pada kisaran US$ 22.000 per metrik ton dari sebelumnya yang berada pada kisaran US$ 16.000 per metrik ton pada kuartal pertama dan kedua. Kenaikan tersebut akhirnya berdampak pada kenaikan margin usaha Perseroan pada akhir kuartal keempat 2010.
Sementara, pada tahun ini, Perseroan memperkirakan konsumsi logam timah dunia pada tahun 2011 akan mengalami kenaikan sekitar 10 persen dari tingkat konsumsi pada tahun 2010 yang sebesar 330.000 ton. Produksi logam timah juga diperkirakan akan meningkat menjadi 345.000 ton dengan harga rata-rata logam timah tahun 2011 yang diterima Perseroan diprediksi sekitar US$ 23.000 per ton.
Pada tahun ini, Perseroan berencana untuk meningkatkan pendapatan dari produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi, salah satunya dengan pengembangan produk premium timah yang memiliki kadar Sn lebih tinggi dari standar LME dengan brand "Banka". Saat ini, kontribusi penjualan produk premium timah dengan kadar Sn di atas 99,9 persen telah mencapai 60 persen dari total seluruh penjualan.
Perseroan juga sedang mengembangkan produk hilir timah yang memiliki margin yang lebih signifikan. Salah satunya adalah pembangunan pabrik timah chemical yang berlokasi di Cilegon, Banten. Pabrik yang memiliki kapasitas produksi sebesar 10.000 ton per tahun ini nantinya akan terus dikembangkan lagi sehingga kapasitas produksinya terus mengalami peningkatan.
Perseroan juga dikabarkan sedang dalam proses pembahasan rencana mengakuisisi produsen aspal, PT Sarana Karya (Persero), untuk pembangunan pabrik pengolahan aspal alam. Menurut Krishna, saat ini pihaknya masih menunggu arahan dari para pemegang saham.
EVANA DEWI