TEMPO Interaktif, Canberra - Menteri Pertanian Australia Joe Ludwig menyebutkan penghentian ekspor sapi hidup ke Indonesia akan berlaku selama enam bulan, mulai Rabu, 8 Juni 2011. Pemerintahnya juga bakal meninjau perdagangan ekspor hidup untuk semua pasar di luar negeri, termasuk kawasan Timur Tengah.
Australia menghentikan sementara pengiriman sapi hidup ke Indonesia setelah memprotes perlakuan yang tidak pantas atas sapi sebelum disembelih di sejumlah rumah pemotongan hewan. Kelompok pecinta binatang segera menyerukan larangan langsung perdagangan hewan ternak ke berbagai negara.
Pemerintah minoritas Partai Buruh mendapat rongrongan terus-menerus dari publiknya untuk menangguhkan perdagangan sapi senilai Aus$ 320 juta ke Indonesia. Kecaman ini muncul setelah rekaman televisi menunjukkan ternak dipukuli, dicambuk, dan cacat sebelum pembantaian di beberapa rumah pemotongan hewan.
"Perdagangan tidak akan dapat dilanjutkan sampai pemerintah, masyarakat, dan industri kami yakin bahwa mereka memiliki pengamanan di tempat pemotongan untuk menjamin kesejahteraan hewan secara tepat," kata Ludwig kepada Radio ABC, Rabu, 8 Juni 2011 pagi.
Pemerintah Australia, kata Ludwig, berkomitmen untuk mencapai hasil yang terbaik untuk hewan ternak dan industri sapi, serta hubungan penting Benua Kanguru dengan Pemerintah Indonesia.
Lyn White, perekam gambar dalam tayangan tersebut yang juga direktur kampanye untuk Animals Australia, menyambut baik berita penundaan itu. Namun, ia mengatakan seharusnya keputusan ini datang lebih awal.
"Sudah ada curahan kemarahan yang luar biasa terhadap ternak kami yang diperlakukan seperti itu. Sudah ada langkah untuk memulihkan hal tersebut. Jadi, ini langkah pertama," kata White kepada jaringan televisi Australia.
Australia mengekspor sekitar 500 ribu ekor sapi per tahun untuk Indonesia atau sekitar 60 persen dari perdagangan ternak hidupnya.
Perdagangan hewan hidup dari Australia ke seluruh dunia bernilai sedikitnya Aus$ 730 juta dengan domba diekspor ke Kuwait, Yordania, Bahrain, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar dan Israel. Sapi dikirimkan ke Indonesia, Malaysia, Filipina, Yordania, Jepang, dan Brunei.
"Selama periode waktu tertentu, industri ini menunjukkan bahwa mereka tidak bisa dipercaya. Kami tidak memiliki kontrol atas apa yang terjadi pada hewan kami di negara pengimpor. Satu-satunya cara untuk menjaga kesejahteraan hewan kami adalah tidak mengekspor mereka," ujar White.
Dalam wawancaranya dengan stasiun televisi ABC, Selasa lalu, Menteri Pertanian Suswono mengatakan, sebuah tim kecil dari Australia berangkat ke Indonesia untuk berusaha meningkatkan standar kesejahteraan hewan di rumah-rumah pemotongan hewan. Para pakar dari Australia datang untuk memulai investigasi ke rumah-rumah pemotongan hewn di Indonesia.
Kementerian Pertanian RI dan Australia sepakat segera mengidentifikasi RPH yang mengikuti standar tertinggi dan membuat rencana jangka panjang untuk memperbaiki standar di RPH lainnya. Sejauh ini industri daging di Indonesia tak membenarkan tindakan kejam terhadap hewan di pejagalan, tapi meminta pengertian atas tantangan yang dihadapi.
BOBBY CHANDRA | REUTERS