TEMPO Interaktif, Jakarta - Inflasi inti dinilai tidak lagi pas digunakan sebagai indikator kebijakan moneter. Anggota Dewan Bank Sentral Eropa, Lorenzo Bini Smaghi, mengusulkan untuk menghapus inflasi inti dari indikator tersebut.
Ia beralasan rata-rata harga pangan dan energi tampaknya akan jauh melambung tinggi ketimbang barang-barang hasil produksi atau manufaktur. Dengan demikian, hal itu akan memberi risiko tekanan yang lebih tinggi pada inflasi headline daripada pada inflasi inti.
Ini jika diukur dari tolak ukur inflasi yang paling sering digunakan, yakni volatilitas harga energi dan komoditi pangan. Fenomena ini, menurut Bini, terjadi baik di negara sedang berkembang maupun negara maju.
"Untuk semua bank sentral di seluruh dunia. Ini berarti bahwa inflasi inti tidak lagi pas untuk menjadi indikator bagi kebijakan moneter dan sudah selayaknya ditinggalkan," kata Bini seperti dikutip Reuters.
Bini menambahakan, pertumbuhan yang pesat di negara emerging market telah mendorong peningkatan permintaan atas bahan baku di luar perkiraan. "Tidak samanya kecepatan dalam pasokan ini telah menciptakan perubahan dalam dunia perdagangan," ujar dia.
FEBRIANA FIRDAUS/REUTERS