Darmin menyebut beberapa hal yang menjadi faktor pemicu meningkatnya inflasi, khususnya inflasi inti, pada kuartal tiga dan empat mendatang, antara lain kenaikan harga emas dan perhiasan lainnya. Lalu lonjakan harga komoditas makanan pokok. Menurut dia, pemerintah harus menjaga ketersediaan bahan makanan, terutama beras.
Kesiapan Perum Bulog dalam menghadapi masa paceklik, menurut Darmin, menjadi faktor besar yang ikut mempengaruhi fluktuasi inflasi sepanjang kuartal ketiga dan keempat. “Semua ditentukan struktur pasar dalam perdagangan beras,” ujarnya.
Selain itu, ada faktor peningkatan permintaan dari sektor perumahan, dan peningkatan upah masyarakat. Kendati demikian, Darmin optimistis hingga akhir tahun bank sentral bisa mengendalikan inflasi sesuai target. Bank Indonesia menargetkan pada 2011 inflasi Indonesia berada di kisaran 4-6 persen.
Senin pekan lalu, Badan Pusat Statistik kondisi ekonomi selama April mengalami deflasi 0,31 persen. Ini sedikit lebih rendah dari deflasi Maret 0,32 persen. Sejak empat bulan pertama angka inflasi 0,39 persen. Sedang untuk year on year inflasi tercatat 6,1 persen.
Meski mengalami deflasi untuk inflasi inti berada pada 0,25 persen, dengan inflasi inti tahunan 4,62 persen. Kondisi deflasi ini dialami hampir semua kota di Indonesia. Sebanyak 57 kota mengalami deflasi. Kurang dari sepuluh kota saja yang mengalami inflasi.
Menurut BPS, faktor penyumbang deflasi adalah bahan makanan dengan 0,48 persen. Bawang merah mengalami deflasi 0,13 persen dan beras 0,06 persen. Angka ini menutupi inflasi yang disebabkan oleh makanan jadi dan barang yang harganya ditetapkan (adminstered price).
Selain itu, menurut BPS, keputusan pemerintah yang belum menetapkan kebijakan pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi menyebabkan harga di pasar masih terkendali dan belum bergejolak. Ini menjadi kondisi positif untuk gejolak inflasi.
ANANDA BADUDU | IRA GUSLINA SUFA