Evita mengatakan energi alternatif yang memungkinkan mengganti premium adalah Liquified Gas for Vehicle (LGV) serta Compressed Natural Gas (CNG) atau bahan bakar gas (BBG). LGV atau dikenal dengan nama dagang Vi-Gas merupakan bahan bakar yang diformulasikan untuk kendaraan bermotor pengguna bensin (spark ignition engine).
Bahan bakar ramah lingkungan tersebut terdiri dari campuran propana (C3) dan butana (C4). Sudah banyak kendaraan yang menggunakan bahan bakar ini, mulai taksi dan angkutan kota serta kendaraan pribadi. Harganya relatif murah, yaitu Rp 3.600 per liter.
Sementara, CNG adalah energi ramah lingkungan yang dibuat dengan melakukan kompresi metana (CH4) dari ekstrak gas alam. CNG disimpan dan didistribusikan dalam bejana tekan berbentuk silinder. Bahan bakar seharga Rp 3.100 per liter ini digunakan oleh sejumlah angkutan umum, salah satunya Busway Trans Jakarta.
Rencana penghapusan premium terlontar dari Menteri Keuangan, Agus Martowardojo. Ia mengatakan sasaran akhir kebijakan pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi adalah penghapusan premium. Program penghapusan dimulai dengan mencabut subsidi BBM. Setelah itu, pemerintah tak lagi menyediakan premium.
Menurut Evita, pernyataan menteri keuangan itu mendorong Kementerian Energi mencari energi alternatif pengganti Premium. Namun, penggunaan LVG maupun CNG sebagai salah satu solusi, butuh perencanaan matang. Sebab, konversinya membutuhkan konsep yang baik, penyesuaian harga yang tepat, dan infrastruktur.
Evita tak yakin penggunaan energi alternatif bisa diterapkan setahun ke depan. "Kita tidak ingin kebijakan ini malah membenani masyarakat," ujarnya. Meski begitu, Evita menilai energi alternatif LVG bisa lebih cepat diterapkan dibanding CNG. Ia berharap pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bisa menyetujui penggunaan LVG.
TRI SUHARMAN