TEMPO Interaktif, New York- Hasil penelitian Moody's Investors Service mencatat klaim asuransi jiwa akibat bencana gempa dan tsunami Jepang mencaapi US $ 4,9 miliar.
Analis Moody's Neil Strauss menyebut pengalaman bencana Jepang akan mendorong peningkatan peserta asuransi jiwa. "Apalagi di daerah rawan bencana dengan kesadaran kesehatan tinggi dan pendapatan rendah," kata Neil hari ini, Selasa (22/3). Bahkan menurut Neil perusahaan akan menjadi jauh lebih terbuka terhadap asuransi untuk meminimalisir tingkat kerugian.
Perusahaan asuransi Amerika MetLife Inc (MET) dan Prudential Financial Inc (PRU), tahun lalu membeli bisnis asuransi Jiwa di Jepang sebagai pasar asuransi terbesar kedua dunia setelah Amerika Serikat. Pada tahun 2009, penjualan asuransi jiwa di Jepang mencapai US$ 399 miliar setara 17 persen total asuransi jiwa dunia.
Menurut Neil akibat bencana asuransi rumah tangga lebih berdampak siginifikan dibanding asuransi perusahaan internasional yang beroperasi di Jepang. "Kami masih melihat dari skenario dasar dengan tidak memasukkan dampak jangka panjang akibat pelepasan bahan radioaktif yang akan berpengaruh signifikan terhadap area yang lebih luas."
Gempa berkekuatan 8,9 skala richter yang disusul tsunami pada 11 Maret silam telah menewaskan sedikitnya 8.450 orang, menghancurkan ribuan bangunan dan melumpuhkan pembangkit listrik tenaga nuklir yang menyebabkan kebocoran radiasi.
Meski begitu, bencana ini kata Neil tidak akan mengurangi minat dan pembiayaan perusahaan asuransi di Jepang. "Pembiayaan paling rendah dari klaim asuransi Moody's adalah 300 miliar yen," jelas Neil.
Bloomberg | Ira Guslina