TEMPO Interaktif, New York - Harga minyak mentah dunia kembali menanjak setelah Iran ikut terseret dalam krisis politik. Gejolak Iran memastikan harga bahan bakar akan tetap tinggi dalam sebulan ke depan.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April naik US$ 2,66 per barel menjadi US$ 99,63 di perdagangan New York Mercantile Exchange. Sementara di London, minyak mentah Brent naik US$ 3,62 menjadi US$ 115,42 per barel di perdagangan ICE Futures exchange.
Pergolakan harga minyak telah mendorong kenaikan harga bensin di Amerika Serikat (AS).
Secara rata-rata nasional, pada Selasa waktu New York, harga bensin menjadi US$ 3,375 per galon.
Harga akan terus naik antara US$ 3,5 hingga US$ 3,75 saat musim semi. Menurut analis, perdagangan bensin selanjutnya akan meningkat secara bertahap, karena mengikuti kenaikan harga minyak mentah.
Harga minyak naik hingga 13 persen pekan lalu, mendekati US$ 100 per barel. Seiring dengan demonstrasi di Libya yang semakin meluas di penjuru negeri. Hal ini masih ditambah dengan kabar pemerintah menahan pemimpin oposisi di Teheran, namun kabar tersebut dibantah oleh pemerintah Iran.
Kelompok pro reformasi telah berselisih dengan pemerintah Iran. Penahanan pemimpin oposisi akan menjadi penyebab utama terjadinya krisis politik di negeri itu. Saat ini Iran mengekspor 2,5 juta barel minyak dan gas alam per hari. Sekitar 3 persen dari kebutuhan dunia.
Protes di Iran merupakan satu di antara kemelut yang terjadi di Afrika Utara dan Timur Tengah, kawasan penting yang mengekspor kebutuhan minyak mentah dunia. Analis juga mengkhawatirkan sebagian wilayah Aljazair yang memproduksi 1,8 juta barel minyak per hari.
Sementara itu krisis Libya yang memaksa perusahaan minyak untuk mengevakuasi pekerjanya dan menghentikan produksi, sejauh ini tidak berpengaruh besar terhadap pasokan bahan bakar dunia. Karena negara-negara telah beralih ke kilang lain, seperti Arab Saudi, yang dapat memproduksi hingga 5 juta barel minyak per hari.
Kekhawatiran menipisnya produksi dan kapasitas minyak semakin tak terhindarkan, yang berarti di masa depan pasokan akan semakin sulit didapat karena konsumsi yang semakin tinggi.
AP | DWITA ANGGIARIA