Ia malah berharap harga minyak mentah dunia kembali ke harga wajar sehingga Pertamax lebih terjangkau. Tidak seperti saat ini, selisih harga Pertamax dengan Premium sangat besar sehingga mendorong konsumen kembali menggunakan Premium, yang dibanderol Rp 4.500 per liter.
Karena itu, beberapa waktu lalu muncul usul pengurangan pajak bensin nonsubsidi agar rencana pemerintah membatasi konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi per April mendatang tetap bisa berjalan. Bahkan Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero), Djaelani Sutomo, menghitung subsidi minyak dalam anggaran pendapatan dan belanja negara diprediksi bakal membengkak dan menembus Rp 100 triliun (Koran Tempo, 12 Februari).
Dalam perdagangan minyak dunia di New York Mercantile Exchange, Jumat lalu, harga minyak mentah sempat turun hingga ke level terendah selama dua bulan terakhir. Setelah Presiden Mesir Husni Mubarak lengser, harga minyak dijual US$ 86,73 per barel. Kantor berita AP menyebutkan, minyak Brent diperdagangkan pada harga US$ 101,44 per barel di London.
Pengamat perminyakan Kurtubi meramal, kejatuhan Mubarak tidak lantas akan membuat harga minyak mentah terjun bebas. Kalaupun harga minyak turun, itu lebih karena aksi ambil untung spekulan. Harga rata-rata minyak dunia sepanjang tahun ini diprediksi berkisar US$ 95, melampaui asumsi harga minyak APBN 2011 sebesar US$ 80 per barel.
Anggota Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi, Adi Soebagyo, menyatakan tim dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional masih mengkaji usul subsidi Pertamax itu.
ANTON WILLIAM | TRI SUHARMAN