TEMPO Interaktif, Bandung - Pemerintah diminta memberi subsidi terhadap bahan bakar minyak jenis Pertamax, bila harganya melebihi Rp 8 ribu per liter. Pengamat Ekonomi Lembaga Penelitian Manajemen Universitas Padjajaran Bandung Acuviarta Kartabi mengatakan subsidi bahan bakar masih sangat diperlukan masyarakat terutama kalangan menengah kebawah.
Pemerintah juga harus memikirkan cara agar kalangan usaha kecil menengah tidak terkena imbas akibat pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi. "Kalangan UKM kebanyakan menggunakan mobil terbuka dengan plat nomor hitam. Ini yang harus dicarikan jalan keluarnya bisa dengan pengalihan plat mobil jadi warna kuning. Atau mereka mendapatkan subsidi pertamax," katanya.
Disparitas harga antara bahan bakar premium subsidi dengan pertamax akan sangat jauh, karena bahan bakar nonsubsidi dipatok berdasarkan kenaikan harga bahan bakar dunia. "Apalagi produksi minyak nasional saat ini tidak mencapai target, sehingga ketergantungan terhadap bahan bakar dan harga dunia tidak bisa dilepaskan," katanya.
Acuviarta menegaskan, pemerintah sebaiknya memikirkan opsi terbaik dalam pembatasan BBM tersebut, dengan melihat daya beli masyarakat terutama menengah kebawah serta pengusaha kecil. Ketergantungan golongan ini terhadap bahan bakar minyak bersubsidi lumayan tinggi. Opsi lainnya menggelontorkan bahan bakar minyak khusus industri untuk dijual dipasaran lantaran disparitas harganya tidak terlalu tinggi. "Pembatasan harus dilakukan secara selektif mungkin. Jangan sampai masyarakat ekonomi kecil terkena imbasnya," katanya.
Ia juga mengusulkan agar pemerntah membuat klasifikasi antara mobil mewah dan tidak. "Tidak mungkin mercy terbaru disamakan dengan kendaraan yang usianya lebih dari 20 tahun," ujarnya.
Badan Pusat Statistik memperkirakan setiap kenaikan bensin 10 persen akan memberikan andil inflasi sebesar 0,3 persen terhadap daya beli masyarakat. Pada tahun 2010, andil inflasi kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mencapai 0,77 persen sedangkan andil inflasi year on year mencapai 3,17 persen."Kelompok bahan bakar memberikan andil inflasi yang cukup besar di Jawa Barat," ujar Anggoro Dwitkjahyono Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik Jawa Barat.
ALWAN RIDHA RAMDANI