TEMPO Interaktif, Jakarta -Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan menganjurkan pemerintah agar meningkatkan produksi beras sepanjang tahun ini. Langkah itu dilakukan bila pemerintah bermaksud mengendalikan laju inflasi.
Ketatnya aturan ekspor dari dua negara lumbung beras, Vietnam dan Thailand, membuat pasokan beras dunia akan berkurang. "Pemerintah harus mulai mengurangi ketergantungan pada impor dengan terus meningkatkan volume produksi," ujar Rusman kepada wartawan di Jakarta, Senin (3/12).
Berkurangnya pasokan beras dari Vietnam dan Thailand tersebut, mampu mendorong kenaikan harga beras dalam skala besar. Dia menyitir ramalan analis internasional yang mengatakan harga beras akan melonjak hingga dua kali lipat pada tahun depan. Hal ini melanjutkan tren kenaikan beras yang terus terjadi sepanjang tahun lalu akibat perubahan iklim yang merubah pola panen.
Peningkatan produksi beras, ujar dia, bisa dicapai jika pemerintah bisa meningkatkan keinginan bercocoktanam petani. "Pemerintah harus manjakan petani agar termotivasi menanam beras." Dengan demikian, lanjutnya, pemerintah bisa melupakan faktor perubahan iklim global. "Tak ada cara lain kecuali harus all out tingkatkan produksi beras dalam negeri."
Dengan terpenuhinya kebutuhan beras tahun ini, BPS menjamin pemerintah bisa leluasa mengendalikan harga pasar melalui program operasi pasar.
Menteri Pertanian Suswono di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, hari ini mengatakan pihaknya akan berusaha merealisasikan target produksi beras tahun ini. Pemerintah, kata dia, dengan menyiapkan banyak varietas benih yang tahan terhadap berbagai kondisi lahan.
ANTON WILLIAM