Menurut dia, tingkat pertumbuhan industri tahun ini jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2009, pertumbuhan industri manufaktur hanya sebesar 2 persen. Namun, lanjut Hatta, pertumbuhan belum sekuat pada masa sebelum krisis moneter pada tahun 1997 yang kala itu bertumbuh dua digit. Ia mengakui industri manufaktur sebagai sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja.
Sebelumnya, Ekonom Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wijaya Adi mengingatkan gejala deindustrialisasi di sektor industri manufaktur. Menurut data yang dimiliki LIPI, pada tahun 2004, sektor industri manufaktur menyumbang 27,5 persen terhadap PDB Indonesia atau yang tertinggi dalam satu dasawarsa terakhir. Namun angka itu terus menurun dalam 5 tahun setelahnya, mendekati angka 26 persen pada tahun 2009. Tren penurunan kontribusi ini bisa terus berlanjut di tahun depan jika pemerintah tidak segera membenahi sektor industri. "Industri akan semakin terpuruk di tahun depan," kata Adi, pekan lalu.
Pada periode yang sama sejak 2004, LIPI mencatat pertumbuhan tenaga kerja di sektor industri cenderung stagnan. Bahkan pada sektor tertentu, kata dia, mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja. "Penurunan terjadi sejak tahun 2007." Padahal, industri merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja.
Industri yang masih bertahan juga memiliki daya saing yang rendah. Buruknya infrastruktur dan mahalnya ongkos logistik menjadi penyebabnya. Karena itu, LIPI berharap pemerintah bisa serius membenahi faktor penunjang perekonomian jika ingin deindustrialisasi tak berlanjut.
Adi meminta pemerintah memberikan insentif bagi penanam modal yang ingin membangun di daerah timur Indonesia. Menurut dia, daerah timur Indonesia tak akan bisa berkembang jika tak ada insentif dari pemerintah pusat.
Namun pemerintah memiliki targetan sendiri. Pemerintah, kata Hatta, membidik pertumbuhan industri di sektor hilir khususnya pada komoditas yang menjadi penyumbang terbesar dalam neraca perdagangan seperti kelapa sawit. Insentif pajak disediakan bagi industri yang bisa memberikan nilai tambah bagi komoditas unggulan. Selain itu, ujar Hatta, insentif yang sama juga diberikan bagi industri hilir yang bisa meyerap banyak tenaga kerja.
ANTON WILLIAM | EVANA DEWI