Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Permintaan Minyak 2011 Akan Melemah  

image-gnews
Kilang Minyak Pertamina Refinery Unit V Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu. TEMPO/Subekti.
Kilang Minyak Pertamina Refinery Unit V Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu. TEMPO/Subekti.
Iklan
TEMPO Interaktif, Quito -Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak tahun depan lebih rendah ketimbang tahun ini. 

Karena itu, OPEC sepakat mempertahankan tingkat produksi minyak, sekalipun harga minyak dunia terus melambung mencapai US$ 87,79 per barel di pasar Amerika Serikat. 

Dalam pernyataan bersama seusai konferensi ke-158 di Quito, Ekuador, Sabtu lalu, OPEC menyebutkan bahwa pelemahan permintaan disebabkan oleh rapuhnya pemulihan perekonomian dunia, konflik mata uang, dan kekhawatiran terhadap krisis perbankan di Eropa. 

Selain itu, produksi industri di negara-negara ekonomi maju yang berhimpun dalam Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) masih rendah dan memicu tingginya angka pengangguran. 

Negara-negara anggota OPEC juga menyerukan kepada produsen minyak di luar OPEC bekerja sama menjaga keseimbangan dan stabilitas pasar minyak. 

Menteri Perminyakan Venezuela Rafael Ramirez meminta rekan-rekannya di OPEC tidak menaikkan produksi sampai akhir 2011, sehingga harga minyak bisa mencapai US$ 100 per barel. 

"Pasar harus membayar tingginya biaya produksi. US$ 100 kelihatannya harga yang pas," kata dia, sebagaimana dikutip kantor berita Reuters. 

Uniknya, sikap bersama OPEC ini justru ditentang oleh anggota utamanya, Arab Saudi. Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi menyatakan negaranya ingin mempertahankan harga minyak pada level US$ 70-80 per barel. 

"US$ 70-80 adalah harga yang baik," kata dia. 

Niat Arab Saudi ini ditanggapi positif oleh Lawrence Eagles, kepala riset minyak global JP Morgan New York. "Menteri Naimi mengatakan US$ 80 adalah harga tertinggi. Mari kita lihat apakah ucapan itu diikuti dengan pasokan yang lebih besar," tuturnya. 

Sebaliknya, rekan-rekannya di OPEC meradang atas sikap Arab Saudi. Para menteri OPEC lainnya berkeras kenaikan harga minyak saat ini bukan lantaran kurangnya pasokan. 

"Kalau ada kekurangan di pasar, tentu kami akan meningkatkan produksi," kata kepala delegasi Libya, Shokri Ghanem. 

Sekretaris Jenderal OPEC Abdullah al-Badri menuduh kenaikan harga minyak dipicu oleh ulah spekulan. "Jika harga naik karena spekulasi, kami tidak bisa apa-apa. OPEC hanya bisa bertindak kalau minyak mulai langka," ujarnya. 

Mencermati kerasnya penolakan dari negara-negara lain, Edward Morse, Managing Director Credit Suisse New York, menduga Riyadh mungkin akan menambah pasokan minyaknya secara diam-diam. 

"Karena Arab Saudi tidak ingin berkonfrontasi dengan Venezuela dan Iran, mereka akan memasok lebih banyak minyak secara diam-diam," kata Edward. 

EFRI RITONGA 
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

13 jam lalu

Karyawan tengah menghitung uang pecahan 100 ribu rupiah di penukaran valuta asing di Jakarta, Rabu, 28 Februari 2024. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.692 pada perdagangan hari ini. TEMPO/Tony Hartawan
Ekskalasi Konflik Iran-Israel Berpotensi Kerek Inflasi, Dimulai dari Harga Minyak

Senior Fellow CIPS Krisna Gupta mengatakan ekskalasi konflik Iran-Israel bisa berdampak pada inflasi Indonesia.


Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

18 jam lalu

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Dunia Nyaris US$ 90 per Barel

Harga minyak dunia melonjak jadi US$ 89 (Brent) dan US$ 84 (WTI) per barel pada Jumat, 19 April 2024, seiring memanasnya konflik Iran-Israel.


Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

1 hari lalu

Petugas tengah menunjukkan contoh emas berukuran 1 kilogram di butik Galery24 Salemba, Jakarta, Selasa, 19 Maret 2024. Harga emas 24 karat PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam terpantau naik pada perdagangan hari ini menjelang rapat The Fed soal kebijakan suku bunga. TEMPO/Tony Hartawan
Naik Lagi, Harga Emas Antam Hari Ini Sentuh Rp 1.335.000 per Gram

Harga emas Antam per 1 gram hari ini ada pada level Rp 1.335.000. Harga ini naik Rp 14 ribu dibanding perdagangan kemarin.


Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

1 hari lalu

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Analis Sebut Harga Minyak Terus Naik Akibat Konflik Iran-Israel dan Penguatan Dolar

Harga minyak dunia cenderung naik gara-gara konflik Iran - Israel dan penguatna dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia.


Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

8 Januari 2024

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Harga Minyak Dunia Turun di Perdagangan Awal Pekan, Apa Penyebabnya?

Harga minyak dunia turun dalam perdagangan awal pekan, 8 Januari 2024. Kenaikan harga terjadi karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC.


Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

5 Januari 2024

Ilustrasi Harga Minyak Mentah. REUTERS/Dado Ruvic
Harga Minyak Dunia Bergejolak, Analis Sebut Ketegangan Geopolitik Terbaru

Harga minyak mentah tengah bergejolak hari ini. Apa saja penyebabnya?


Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

21 Juni 2023

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton
Harga Minyak Dunia Jeblok ke USD 70,5 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

Harga minyak mentah berjangka jeblok pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB, 21 Juni 2023. Apa saja faktor pemicunya?


Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

7 Juni 2023

Petugas mengganti papan harga SPBU jelang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Jakarta, Sabtu 3 September 2022. Presiden Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, solar dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter serta Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter yang mulai berlaku pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30. ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Harga Minyak Dunia dan BBM Nonsubsidi Turun, Bagaimana dengan Harga Pertalite?

Harga minyak dunia terus berfluktuasi, namun belakangan mengalami tren penurunan. Apakah harga Pertalite juga akan diturunkan seperti Pertamax?


Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

6 Juni 2023

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton
Harga Minyak Dunia Naik, Buntut Arab Saudi Pangkas Produksi Mulai Juli Mendatang

Kementerian Arab Saudi menyampaikan akan menurunkan produksi minyak mentah menjadi 9 juta barel per hari pada Juli mendatang.


Harga Minyak Mentah Menguat ke USD 76,95 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

27 Mei 2023

Ilustrasi kilang minyak dunia. REUTERS/Shannon Stapleton
Harga Minyak Mentah Menguat ke USD 76,95 per Barel, Apa Saja Pemicunya?

Harga minyak mentah berjangka menguat pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu pagi WIB. Bagaimana rinciannya dan apa penyebab kenaikannya?