TEMPO Interaktif, Jakarta -Pertumbuhan aset perbankan syariah di Malang, Jawa Timur pada semester pertama 2010 menggembirakan dan merupakan pertumbuhan terbaik dalam tiga tahun terakhir.
Hingga Juni lalu, aset bank umum syariah (BUS) dan bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Malang mencapai 48,22 persen atau tumbuh antara 10 sampai 12 persen dibanding periode serupa 2009.
Baca Juga:
Deputi Pemimpin Bank Indonesia Malang Bidang Pengawasan Perbankan Laksono Dwionggo mengatakan, total aset BUS sampai Juni Rp 965 miliar atau naik 12,24 persen dari semester pertama 2009 yang sebesar Rp 714 miliar. Aset BPRS tumbuh 10,92 persen dengan total aset Rp 43,26 miliar. “Tren pertumbuhannya positif,” kata Laksono, Senin (30/8).
Pertumbuhan aset perbankan Juni 2010 itu juga melebihi pencapaian pada periode serupa tahun 2008. Pada 2008 pertumbuhan aset perbankan syariah malah sempat melambat akibat krisis keuangan global. Kendati tidak terkena langsung, beberapa sektor bisnis di Indonesia turut terdampak.
Pemimpin Bank Indonesia Malang Totok Hermiyanto menambahkan, animo masyarakat Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu) terhadap layanan perbankan syariah cukup tinggi. Sebagian masyarakat muslim bahkan fanatik memilih perbankan syariah yang tidak mengenal riba, tapi pembagian hasil.
Namun, Totok mengingatkan pentingnya bagi BUS dan BPRS meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Praktisi yang ahli di bidang perbankan syariah perlu diperbanyak. “Juga perlu pengayaan produk yang disesuaikan dengan karakter dan kebutuhan masyarakat,” kata Totok.
Di wilayah KBI Malang terdapat enam kantor cabang bank syariah, yakni PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank Negara Indonesia Syariah, PT Bank Muamalat Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia Syariah, PT Bank Mega Syariah, dan PT Bank Tabungan Negara Syariah.
Sedangkan BPRS di wilayah kerja KBI Malang ada sepuluh unit yang tersebar di Malang, Pasuruan, dan Probolinggo.
ABDI PURNOMO