"Selain kondisi makro, pemerintah harusnya juga memasukkan kondisi mikro dalam RAPBN 2011. Harus dimasukkan penurunan kemiskinan dan pengangguran," ujar Aviliani kepada Tempo melalui telepon, hari ini (16/8).
Menurut dia, Indonesia beruntung sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tinggi di tengah kelesuan ekonomi global. Dengan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi melampaui angka 6 persen pada tahun 2010 ini, Indonesia sudah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi dunia.v
Periode tiga tahun, terhitung dari 2010 hingga 2012, diprediksi sebagai jangka waktu yang dibutuhkan kawasan Uni Eropa dan Amerika Serikat untuk memulihkan ekonomi. Indonesia di sisi lain, dengan keberuntungan ekonominya harus mulai melirik pembangunan sektor riil untuk meningkatkan daya saing ketika ekonomi global kembali pada kompetisi yang sebenarnya pasca pemulihan. "Pembangunan harus ditujukan pada arah kesempatan, bukan dengan subsidi," ujar dia.
Dengan memperhitungkan faktor kesempatan kerja, kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif tinggi bisa benar-benar dinikmati oleh masyarakat. Selama ini, kata dia, dana investasi yang deras mengalir belum bisa dimanfaatkan untuk mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran. "Diharapkan pemerintah bisa memanfaatkan dana jangka pendek yang melimpah ke sektro riil," tambah dia.
Labilnyanya ketahanan pangan dan energi Indonesia juga harus menjadi perhatian penting. Ketergantungan pemerintah pada sumber daya asing untuk kedua komoditas tersebut harus digeser dengan cara perbaikan infrastruktur dan distribusi. "Infrastruktur masih terbatas di Jawa dan Sumatera sementara distribusi masih belum mengalami perbaikan. Ini harus jadi perhatian."
Apabila ketahanan pangan dan energi masih buruk, tambah dia, jumlah masyarakat miskin dan angka penangguran bisa bertambah. "Jika dua indikator tersebut memburuk artinya pemerintah tak bisa memanfaatkan kesempatan ini."
ANTON WILLIAM