Karena itu, Teguh berharap pemerintah mengutamakan kebutuhan besi dalam negeri sebelum mendorong ekspor. Penjulan rumah, terutama untuk kelas menengah dan atas yang akan paling merasakan dampaknya.
Dalam perhitungannya, tiap pembangunan satu unit rumah, besi dan baja memegang porsi hingga 10 persen dari total ongkos produksi. Jika harga besi mengalami kenaikan 10 persen saja maka harga rumah kelas menengah-atas terkoreksi hingga 1,5 persen.
Menurut Teguh, sejak September 2009 lalu, harga besi sebenarnya stabil di kisaran US$ 500 sampai 700 per ton. Tapi akhir-akhir ini naiknya saja hingga US$ 150 per ton. "Kenaikan ini terlalu tinggi dan memberatkan para pengembang," kata dia.
Penyebab kenaikan harga tersebut, diperkirakannya karena permintaan yang besar di pasar Cina. Hal itu membuat permintaan dan pasokan besi dunia saat ini menjadi tak seimbang. "Cina yang terus membangun menjadi negara dengan konsumsi besi tertinggi, dibandingkan Hongkong dan Singapura yang sudah banyak menyelesaikan pembangunannya.”
ALWAN RIDHA RAMDANI