TEMPO Interaktif, Jakarta - Lembaga riset PT AGB Nielsen memperkirakan industri manufaktur masih memiliki peluang yang sangat besar sampai lima tahun mendatang. Namun menurut Direktur Retil Measurement Nielsen Yongky Susilopemain manufaktur harus lebih kreatif lagi dalam memodifikasi produk mereka supaya lebih memiliki nilai tambah.
"Kalau soal komoditas kita tidak kalah. Tapi coba sepatu Nike dibuat di Indonesia dengan harga Rp 100 ribu tetapi bisa dijual di luar dengan harga lima kali lipat," ujarnya hari ini, Selasa (8/12) di Jakarta.
Yongky mengatakan pertumbuhan industri manufaktur tahun ini mencapai enam persen. Cukup jauh jika dibandingkan pertumbuhannya pada 2008 yang mencapai 21,2 persen dari tahun sebelumnya. "Sebenarnya volume tidak sampai 20 persen tetapi harga kan naik karena inflasi," terangnya.
Tahun depan, Yongky meyakini pertumbuhan industri ini akan lebih baik. "Karena populasi Indonesia ini sangat tinggi dan tumbuh 1,2 persen tiap tahun. Pertumbuhan ekonomi juga stabil," ia menjelaskan.
Meski ada beberapa aspek yang masih menjadi penghambat pertumbuhan ini seperti faktor infrastruktur dan creative marketing yang keduanya masih lemah. "Kalau infrastruktur lebih baik penjualan akan naik. Juga kalau creative marketing lebih baik penjualan akan naik," ungkap Yongki.
Sementara itu Direktur Eksekutif Ritel Nielsen Teguh Yunanto menegaskan Indonesia diuntungkan dengan jumlah populasi yang cukup tinggi. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sangat bagus dibanding negara lain karena ekonominya di-drive oleh domestic consumption yang besar," terangnya.
Indonesia juga menjadi negara yang melihat peluang ekonomi ke depan masih sangat baik. "Negara-negara yang tergantung pada ekspor pesimis dengan ekonomi mereka. Dan biasanya kalau sudah begitu kan bisa terjadi. Tetapi Indonesia termasuk yang peluangnya tertinggi," pungkas Teguh.
KARTIKA CANDRA