Menurut Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Gudang Garam Heru Budiman, belanja modal ekstra tersebut akan digunakan untuk pendanaan pembangunan kantor baru, peremajaan beberapa gedung dan depo (gudang) milik perseroan, pembelian armada baru untuk distribusi rokok, dan pembelian perangkat telekomunikasi dan teknologi informasi perseroan.
“Dana tersebut kita ambil dari kas internal dan pinjaman dari pihak luar untuk pemenuhan kebutuhan anggaran capital expenditure 2010,” kata Heru pada paparan publik di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (17/11).
Hingga Oktober 2009 utang perseroan mencapai Rp 4,5 triliun, atau turun 32,83 persen ketimbang utang tahun-tahun sebelumnya yang mencapai Rp 6,7 triliun. Sedangkan dalam laporan keuangan triwulan III-2009, perseroan mencatat penjualan Rp 23,579 miliar atau turun 0,19 persen dibandingkan periode yang sama pada 2008 sebanyak Rp 23,534 miliar.
Sedangkan laba bersih perseroan pada triwulan III-2009 sebanyak Rp 1,504 miliar atau turun 39,23 persen jika dibandingkan periode yang sama 2008 sebanyak Rp 2,475 miliar. “Bulan puasa dan Lebaran 2009 jatuh pada September sehingga perseroan libur selama 14 hari. Ini mempengaruhi distribusi dan penjualan (rokok) kami,” ujar Heru.
Selain itu, penurunan pendapatan juga dikarenakan dampak konsolidasi anak perusahaan PT Surya Medistrindo yang berperan sebagai distributor perseroan. Secara tidak langsung laporan keuangan anak perusahaan tersebut terkonsolidasi ke dalam laporan keuangan Gudang Garam.
Menurut Istata, Wakil Derektur PT Gudang Garam, hingga triwulan III-2009, penjualan rokok perusahaan itu turun hingga 3 milliar batang, atau menjadi 152 miliar batang rokok. Padahal pada periode yang sama 2008 produksiya mencapai 155 miliar batang.
Jarum memproduksi dua macam rokok: Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Untuk jenis rokok SKT produksinya mencapai 53 miliar batang, dan SKM mencapai Rp 99 miliar batang.
MUH SYAIFULLAH