Kantor berita Bloomberg menulis kemarin, perusahaan pengelola dana yang bermarkas di California, Amerika Serikat, tersebut menyebutkan Indonesia, India, dan Cina berhasil melewati krisis ekonomi karena kuatnya permintaan domestik. Jumlah penduduk yang besar berhasil menjadi bantalan krisis.
Indonesia kehilangan peringkat investasinya dari Moodys Investors Service dan Standard & Poors sejak Desember 1997 setelah guncangan krisis keuangan regional memaksa pemerintah mencari dana talangan US$23 miliar dari Dana Moneter Internasional.
Namun pada 16 September lalu, Moody's kembali menaikkan peringkat Indonesia ke level tertinggi selama 11 tahun karena terbukti kebal krisis. Peringkat mata uang lokal dan internasional Indonesia dinaikkan satu tingkat menjadi Ba2, dua level di bawah jenjang investasi.
Berbicara di Semarang, Direktur Utama Bank Danamon Sebastian Paredes menuturkan kuatnya koalisi yang dibangun pemerintahan sekarang akan berdampak positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi. "Kami prediksi pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa mencapai 8 persen," kata Sebastian.
Kalau pun meleset, tuturnya, pertumbuhan tahun depan tidak akan kurang dari angka 6 persen. Selain kuatnya koalisi, perekonomian dunia yang mulai pulih turut menopang pertumbuhan dalam negeri.
Sedangkan faktor internal yang bisa mendorong pertumbuhan adalah konsumsi domestik yang besar, harga komoditas yang baik, serta belanja pemerintah yang cukup banyak. "Apalagi, biasanya pemerintahan baru akan ada pembangunan infrastuktur," katanya.
EFRI RITONGA | ROFIUDDIN