TEMPO Interaktif, Jakarta - Anggota Komisi Energi Dewan Perwakilan Rakyat Effendi Simbolon mengungkapkan pemerintah seharusnya sudah menaikkan harga bahan bakar minyak dalam negeri mengikuti kenaikan harga minyak mentah dunia belakangan ini.
Alasannya, harga minyak dunia yang sekitar US$ 80 per barel sudah jauh di atas asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2010 sebesar US$ 65 per barel. “Kalau mengikuti asumsi normal, seharusnya sudah naik,” kata dia ketika dihubungi hari ini.
Namun, politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini menambahkan, kenaikan minyak dunia semestinya tidak serta-merta diikuti dengan kenaikan harga BBM. “Asalkan jalur distribusi, impor, dan produksi efesien, anggaran masih bisa tahan kok,” ujarnya.
Celakanya selama ini, pemerintah selalu gagal menciptakan jalur distribusi, impor, dan produksi yang efisien. Akibatnya, rakyat selalu dibohongi dengan argumentasi bahwa indikator harga BBM hanyalah harga minyak dunia.
“Padahal, kalau pemerintah bisa efisien tidak selalu kenaikan harga dunia diikuti dengan kenaikan BBM,” ucapnya.
Persoalannya, Simbolon belum melihat kemauan politik pemerintah untuk membersihkan jalur distribusi, impor, dan produksi dari kebocoran di sana-sini. “Importir itu kan para penyamun semuanya, kok dibiarkan,” kata dia.
Menanggapi peluang dipilihnya politikus Partai Demokrat, Darwin Saleh, sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang baru, Simbolon mengatakan sangat kecewa.
Dia beralasan, Darwin adalah ekonom teori yang tidak menguasai seluk-beluk perminyakan. "Kok tega Presiden menempatkan orang yang masih coba-coba," ujarnya.
Darwin menjabat sebagai Ketua Bidang Ekonomi dan Keuangan Partai Demokrat dan kini tengah menempuh program doktoral di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
EFRI RITONGA