Sumber gas baru hanya tersedia di lokasi yang jauh dari Jawa, seperti Papua, Sulawesi, Timor Leste, dan wilayah laut dalam, yang biaya eksplorasinya juga tinggi sehingga berpengaruh pada harga gas. "Kecuali kalau Exxon Mobil di Cepu bisa memberi," kata Direktur Utama Perusahaan Gas, Hendi Prio Santoso di Graha Niaga, Jakarta, Senin (31/8).
Menurut Hendi, untuk menjaga pasokan gas ke pelanggan pilihan yang ada saat ini adalah melalui gas dalam bentuk cair, yang kemudian diproses dan dimasukkan ke jalur distribusi. "Supaya pasokan gas signifikan, harus dari gas alam cair," ujarnya.
Untuk antisipasi pasokan gas, Perusahaan Gas juga telah merencanakan pembangunan terminal penerima gas alam cari di Jawa Barat dan Sumatera Utara. Namun, rencana ini juga menunggu kepastian pasokan gas alam cair.
Perusahaan Gas telah membicarakan hal ini dengan Badan Pelaksana Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) dan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. "Pasokan gas alam cair yang dibutuhkan sekitar 4 MTPA," ungkapnya.
Menurut Hendi, terminal penerima gas alam cair ini diharapkan beroperasi pada semester dua 2012. Perseroan telah menunjuk konsultan untuk melakukan kajian proyek, termasuk menghitung biaya investasi yang diperlukan.
Awalnya, Perusahaan AGs tertarik untuk mengambil pasokan gas alam cair dari Donggi-Senoro untuk terminal penerima tersebut. Tingkat kepemilikah saham juga masih dibahas secara internal. "Belum bisa disampaikan karena proyek masih dalam pembahasan," tuturnya.
Adapun, proyek pembangunan terminal gas alam cair yang berlokasi di Jawa Barat merupakan konsorsium Perusahaan Gas dengan Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara. Sedangkan proyek terminal gas alam cair di Sumatera Utara berjalan tanpa konsorsium.
NIEKE INDRIETTA