Pascapencabutan larangan terbang Uni Eropa, ke wilayah Eropa mana saja Garuda Indonesia akan terbang?
Pertama, kami akan terbang ke Amsterdam, Belanda, melalui Dubai, Arab Saudi. Kami belum bisa terbang direct (langsung) karena pesawat Boeing 777-300 ER (Extended Range) pesanan Garuda Indonesia baru datang pada 2011. Untuk sementara kami akan menggunakan Airbus A330-200 baru yang kami pesan kemarin.
Berapa dan jenis apa saja pesawat baru yang dipesan Garuda Indonesia?
Tahun ini kami akan mendatangkan empat pesawat Airbus A330-200 baru. Ditambah lima Boeing 737-800 NG (Next Generation) baru. Sekarang kami sudah punya enam Airbus A330-200, sehingga saat ini totalnya menjadi 10 pesawat. Nanti akan ditambah secara bertahap.
Berapa besar dana yang dikeluarkan untuk pembelian pesawat?
Untuk pembelian pesawat Boeing 737-800 NG, kami sudah pesan sebanyak 50 unit. Harga per unitnya rata-rata US$ 45 juta. Ditambah 10 unit Boeing 777-300 ER, dengan harga per unit US$ 130 juta. Totalnya, tinggal dikalikan saja.
Sumber pembiayaan pembelian pesawat itu dari mana?
Kami menggunakan dua model pembiayaan. Model pertama, pesawat kami beli, lalu dijual ke lessor (perusahaan penyewa pesawat). Jadi lessor yang membiayai, tapi pesawat kami kontrak kembali untuk dipakai Garuda Indonesia.
Lalu bagaimana pesawat itu bisa dikatakan sebagai milik Garuda Indonesia?
Di bisnis penerbangan, (perusahaan) tidak perlu memiliki pesawatnya, tapi yang penting memiliki hak pakainya.
Kenapa Garuda Indonesia tidak menyewa pesawat langsung kepada lessor saja?
Belum tentu spesifikasi pesawat milik lessor tersebut sesuai dengan yang kami inginkan dan butuhkan, sehingga berpotensi menimbulkan inefisiensi.
Siapa yang menjadi lessor itu?
Untuk delapan pesawat Boeing 737-800 NG, lessor-nya Dubai Aerospace Enterprise dari Dubai, Arab Saudi. Sedangkan lessor tiga Boeing 737-800 NG lainnya dari Jepang. Kami menyewa pesawat tersebut dengan harga pasar.
Berapa harga sewa per pesawatnya? Dan untuk jangka waktu berapa lama?
Untuk Boeing 737-800 NG sekitar US$ 400 ribu per bulan. Jangka waktu sewanya 7-10 tahun.
Model pembiayaan yang kedua seperti apa?
Model yang kedua, pembiayaannya berasal dari US Exim Bank. Namun, sejauh ini masih dalam proses negosiasi, dan belum mencapai kesepakatan.
Bagaimana dengan progres restrukturisasi utang Garuda Indonesia?
Utang Garuda Indonesia ada tiga kelompok. Terhadap Export Credit Agency, utang Garuda Indonesia sebesar US$ 300 juta, Bank Mandiri US$ 100 juta, dan kepada kreditor di Singapura dalam bentuk floating rate notes US$ 130 juta. Yang harus kami lakukan saat ini adalah merestrukturisasi utang tersebut. Targetnya, harus bisa selesai pada September 2009. Secara prinsip, tiap-tiap kreditor sudah setuju dengan pola-pola restrukturisasinya.
Kabarnya Garuda Indonesia berencana menerbitkan obligasi untuk melunasi utang-utang tersebut?
Tidak seperti itu. Rencana tersebut (obligasi) muncul karena ke depan kami juga butuh working capital dan pembiayaan untuk mengembangkan bisnis. Untuk memenuhi kebutuhan ini, caranya bisa macam-macam.
Jadi opsi penerbitan obligasi itu sampai sekarang belum ada?
Itu masih wacana, jadi saya juga belum bisa bilang tidak ada rencana seperti itu. Karena, kalau bilang tidak ada, bohong juga. Yang pasti, untuk berkembang, kami juga membutuhkan dana. Penerbitan obligasi inilah yang menjadi salah satu opsinya, tapi bukan untuk membayar utang.