TEMPO Interaktif, Jakarta - Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi, Wintoro Soelarno, mengungkapkan penawaran saham perdana PT Newmont Nusa Tenggara di Bursa Efek Indonesia merupakan pilihan terakhir. Opsi itu dipilih jika tidak ada yang berminat membeli divestasi saham Newmont.
"Listing itu alternatif terakhir, bukan yang sejak pertama ditawarkan," kata Wintoro di Jakarta hari ini.
Wintoro menambahkan, penawaran saham ke publik memperbesar kemungkinan penguasaan oleh pihak asing. Padahal inti divestasi, katanya, supaya peran nasional lebih besar. "Kalau di bursa tidak bisa dikontrol, asing yang akan mengambil semua."
Ia mengakui sumber dana pembelian saham divestasi Newmont memang sulit dikontrol apakah dari asing atau nasional. Namun ia yakin banyak konglomerat dalam negeri yang mampu membeli saham divestasi perusahaan tambang emas dan tembaga itu.
"Kalau diambil pemerintah daerah, itu kan diharapkan mendapat dividen lebih besar, sehingga bisa menambah penghasilan di luar royalti," katanya.
Putusan arbitrase internasional akhir Maret lalu mengharuskan Newmont mendivestasikan sahamnya ke pemerintah Indonesia. Jika pemerintah pusat memutuskan untuk tidak membeli maka akan diberikan ke pemerintah daerah. Jika daerah tidak mau, maka hak pembelian jatuh ke tangan swasta nasional.
DESY PAKPAHAN