"Jadi tenang saja, selama domestik kita oke, fundamental domestik ekonomi cukup baik. Terkecuali saham yang bergerak, tapi hari ini ada pergerakan sedikit,' kata Kalla Rabu (1/10), di sela acara terima tamu dihari lebaran di rumah dinasnya di Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta.
Kalla yang sempat membicarakan sesuatu selama beberapa menit dengan Gubernur Bank Indonesia, Boediono, mengatakan Bank Indonesia tidak perlu khawatir dengan krisis itu. Apalagi, kondisi Indonesia saat ini tidak memiliki banyak kredit seperti yang terjadi pada krisis keuangan sekitar 10 tahun lalu.
Menurutnya, kredit yang dinikmati Indonesia saat ini lebih diprioritaskan untuk infrastruktur dan industri pertanian. Sehingga, kredit itu mampu memberi nilai tambah. Namun demikian, penurunan nilai ekspor itu tetap akan terasa dampaknya di kalangan eksportir maupun perusahaan yang memiliki saham internasional.
Meskipun nilai ekspor dipastikan turun, sebagian besar volume ekspor Indonesia ke Amerika, Jepang, dan negara-negara Eropa adalah energi. Dan permintaan atas energi tidak mungkin berkurang. "Sehebat apa pun krisis di Amerika, mereka tetap butuh minyak, batubara, gas. Jadi tidak akan menurun (volume ekspornya). Berbeda dengan Cina, manufakturnya bisa menurun karena faktor daya beli," kata Kalla.
Kalla berpendapat, uang bergerak dari bursa ke komoditas dan dari komoditas ke perbankan dalam krisis keuangan. "Ternyata krisis monetering itu kan zero sum. Uang berputar-putar saja sebenarnya, sehingga tidak akan banyak dampaknya ke kita. Biasa sajalah," katanya.
Kurnasih Budi