TEMPO Interaktif, Jakarta: Perusahaan Listrik Negara menargetkan penghematan dari kantor pemerintah dan rumah tangga sebesar 200 megawatt, Jumat (22/8). Penghematan itu bisa sedikit menolong PLN yang kini mengalami defisit listrik sebesar 600 megawatt pada saat beban puncak, yakni Senin sampai Jumat.
PLN saat ini menempuh tiga cara untuk menutupi defisi 600 megawatt itu. Yang pertama adalah meminta kalangan industri memindahkan waktu operasinya menjadi Sabtu sampai Minggu. Kedua penghematan dari kalangan bisnis, dan ketiga penghematan dari rumah tangga.
Untuk tahap pertama, "Saat ini sudah ada tiga ribu perusahaan yang melakukan pergeseran hari kerja, dan menurunkan beban listrik 180-200 megawatt," ujar Direktur PLN Jawa-Bali Murtaqi Syamsuddin.
Selain itu juga meminta pelanggan sektor bisnis (mal, hotel, dan perkantoran) juga ikut berhemat. Untuk pelanggan diatas 6600 VA PLN meminta mereka menghemat 20 persen. Salah satu opsinya adalah dengan menggunakan genset. Dari sektor bisnis inin, PLN menargetkan bisa menurunkan beban sebesar 200 megawatt.
Sisa beban, 200 megawatt, diharapkan bisa ditutupi dengan penghematan yang dilakukan di perkantoran milik pemerintah dan rumah tangga. "Saat kami melakukan evaluasi, kekurangan 200 megawatt (dari 600 megawatt), itu bisa diambil dari gedung kantor pemerintah dan rumah tangga," kata Direktur Utama PLN Fahmi Muchtar.
"Kantor PLN selama dua bulan ini melakukan penghematan sekitar 20 persen, Kantor ESDM telah turun 20 persen, bahkan lingkungan istana juga telah dilakukan penghematan 30 persen," ujar Fahmi. Namun menurut Fahmi memang belum semua perkantoran pemerintah melakukan penghematan. "Mulainya memang tidak serempak, tapi sudah mengarah kesana semua," katanya. Selain itu pelanggan rumah tangga juga diminta untuk melakukan penghematan. "Sifatnya himbauan," ujar Fahmi. Untuk itu dibentuk gugus tugas di daerah yang berwenang melakukan pengawasan penghematan listrik di pelanggan rumah tangga. AGUNG SEDAYU