TEMPO Interaktif, London: Euro melemah terhadap dolar hari ini saat data resmi mengungkapkan bahwa perekonomian negara-negara yang menggunakan euro (eurozone) telah berkontraksi untuk pertama kalinya sejak pencetusannya di tahun 1999.
Dalam perdagangan pagi, mata uang tunggal Eropa itu jatuh ke 1,4905 dolar dari 1,4909 perdagangan Rabu sore di New York. Terhadap mata uang Jepang, dolar naik ke 109,6 yen dari 109,57.
Perekonomian kawasan yang menggunakan euro mengalami pertumbuhan negatif, atau kontraksi, di kuartal kedua, sebagaimana ditunjukkan oleh data resmi hari ini.
Output turun 0,2 persen dalam periode April-Juni saat pertumbuhan Jerman dikalahkan oleh ketegangan global.
Hasilnya, sebagaimana dikeluarkan lembaga data Eurostat, munculnya kekhawatiran bahwa resesi, dua kuartal berturut-turut dengan pertumbuhan negatif, saat ini mengancam 15 negara di kawasan euro.
Produk domestik bruto (PDB) kawasan euro tumbuh 0,7 persen di kuartal pertama 2008. "Jika pertumbuhan PDB area euro di kuartal ketiga benar-benar menunjukkan pertumbuhan positif, Bank Sentral Eropa tidak mungkin menyerah terhadap tekanan untuk menurunkan suku bunga setidaknya sepanjang tahun ini," ujar Analis Barclays Capital, Julian Callow.
Iklim perekonomian di kawasan euro pada titik terendah dalam 15 tahun terakhir, berdasarkan Survei Ekonomi Dunia Ifo yang dikeluarkan hari ini.
Analis memperkirakan aktivitas ekonomi memburuk sepanjang enam bulan ke depan, menurut laporan itu.
"Banyak pemain berniat menjual euro dan poundsterling saat perkiraan ekonomi dan kebijakan moneter di Eropa sangat tidak pasti," ujar Akio Shimizu, Kepala Perdagangan Valas Mitsubishi UFJ Trust and Banking, kepada Dow Jones Newswires.
"Saat ini sangat sukar untuk menemukan faktor-faktor positif untuk membantu mata uang saat ini kembali pulih," ujarnya.
Poundsterling mendekati nilai terendahnya dalam dua tahun terakhir terhadap greenback (AS Note), telah turun menjadi 1,8678 dolar di perdagangan Asia setelah Bank of England mengeluarkan ramalan perekonomian yang suram.
Bank Sentral kemarin mengatakan inflasi Inggris dapat jatuh lebih tajam dari target pemerintah 2,0 persen di awal 2009, yang membuat pedagang bertaruh tingkat suku bunga akan dipotong lebih cepat dari yang diperkirakan.
AFP/Erwin Z