Menurut rencana, Indonesia akan mengirim tim review ke Cina, jika Negara itu memintanya. Sejauh ini, menurut Dirjen Bina Produksi Peternakan Sofyan Sudardjat di Departemen pertanian, Jum'at (14/11), belum ada permintaan dari pemerintah Cina maupun pengusahanya agar Indonesia mengirimkan Tim Review.
Sudardjat mengatakan, Indonesia telah memberikan waktu yang cukup bagi Cina untuk memberikan laporan perkembangan penyakit hewan di Negara tersebut. "Kita sudah memberikan toleransi sejak tahun 1999," ujar Sofyan. Indonesia, lanjutnya, telah meminta laporan penyakit hewan dari Cina yang diakui Office Internationalize des Etiszotie (OIE) atau Organisasi Kesehatan Hewan Dunia,tetapi Cina hanya memberikan laporan dan tidak mendapat persetujuan dari OIE.
"Dengan begitu, Cina belum bisa dikatakan bebas dari penyakit mulut dan kuku,"tambah Sofyan. Memang, menurut Sofyan, harga kulit dari Cina relatif murah, tetapi bagaimanapun, memiliki resiko mengjangkitkan penyakit yang tinggi. Sofyan sendiri sadar, para pengusaha tentu cenderung membeli kulit yang harganya lebih murah, sebagaimana kulit dari Cina dan Korea. Karena itu, tugas pemerintah untuk meminimalkan resiko tersebut,katanya.
Menurutnya, bila Indonesia sampai terjangkiti penyakit mulut dan kuku, jumlah kerugian yang akan diderita akan bernilai triliunan rupiah.
Pada tahun 1983, Indonesia pernah mengalami kerugian sekitar Rp 110 miliar rupiah. Saat itu kurs satu dolar hanya sekitar Rp 360.
putri alfarini/TNR