Sebelumnya AAF hanya membeli US$ 1 per MMBTu. "US$ 1,85 sudah termasuk toll fee," katanya kepada wartawan di sela-sela acara konferensi pers pemberian AFEO award kepada Mahathir Mohammad di kantor Persatuan Insinyur Indonesia, Jakarta, Kamis (16/10).
Seperti diketahui, AAF semenjak 5 Agustus lalu tidak berproduksi lagi. Akibat terhentinya pasokan gas alam dari PT ExxonMobil Oil Indonesia Inc, karena Exxon mendapat kontrak dari Korea dengan harga yang lebih tinggi yakni US$ 3 per MMBtu. Selain itu, cadangan gas alam di Arun yang terus berkurang.
Rauf mengungkapkan walaupun pihaknya telah menaikkan harga, sampai saat ini belum juga ada kesepakatan. Menurut rencana pemerintah melalui Departemen Keuangan akan membantu untuk mensubsidi AAF dalam membeli gas alam ini.
Dampak langsung yang dirasakan oleh AAF akan terhentinya produksi adalah perusahaan mengalami kerugian. "Jumlahnya mencapai US$ 1,5 juta per bulan." Kata Rauf.
Ia juga telah melakukan upaya-upaya untuk menyelesaikan masalah ini. "Semua sudah saya temui, dari menteri, DPR, Dirjen Gas sampai Pertamina," Ujar Rauf.
PT AAF merupakan perusahaan yang memproduksi pupuk urea, 60 persen sahamnya dikuasai Indonesia dan sisanya dipegang oleh Thailand, Filipina, Malaysia dan Singapura. Kapasitas produksi pabrik ini mencapai 627 ribu ton per tahun. Pabrik ini memerlukan pasokan gas mencapai 60 juta kaki kubik per hari.
poernomo g ridho / TNR