Demikian dinyatakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan usai menemui Wakil Presiden Hamzah Haz di Istana Wapres, Senin petang (27/8). Dalam kesempatan itu Purnomo juga melaporkan rencana pengalihan pasokan LNG ke industri domestik sebesar lima persen untuk PIM. Pengalihan pasokan untuk PIM dengan pihak Pertamina dan EMOI pada pagi harinya juga telah dibicarakan. Kesepakatan yang dibuat itu akan direalisasikan pada saat PIM beroperasi kembali.
Alasan pengalihan itu menurut Purnomo adalah dengan beroperasinya PIM kembali akan menggairahkan kehidupan ekonomi di sana yang akan memberikan dampak berarti bagi perekonomian daerah. “Walaupun secara moneter akan terjadi kerugian namun kita juga menyadiri nantinya akan ada keuntungan-untungan yang sifatnya intangible,” kata dia yang juga mengatakan keputusan itu akan meningkatkan produksi pupuk nasional.
Mengenai pasokan LNG sendiri yang awalnya diekspor ke Jepang dan Korea, Purnomo menyatakan tidak akan ada permasalahan dengan pengalihan yang hanya sebesar 5 persen dari produksi gas Arun. Sedangkan sisanya, 95 persen, tetap di ekspor sebagai LNG. Lima persen gas dari Arun itu sudah memenuhi kebutuhan PIM setiap hari sebesar 60 milion metric British thermal unit (MMBTU).
Lebih lanjut Purnomo mengatakan saat ini pihaknya tengah menyiapkan operasi lapangan, terutama tentang antisipasi pengamanan pengiriman gas. Jarak PIM dari tempat pasokan gas di Lhokseumawe kurang lebih sekitar 10 kilometer. Karena itu pihaknya serta Pertamina meminta agar PIM juga turun tangan dalam pengamanan nantinya. Sedangkan persiapan teknis juga akan memakan waktu karena masih harus mengaktifkan kembali pipa-pipa gas yang sudah tidak beroperasi. “Sepertinya gas akan masuk minggu ini, tetapi masalah beroperasi hal lain,” kata dia.
Mengenai pasokan gas Arun, Purnomo menandaskan bahwa saat ini hanya cluster I dan II serta NSO (North Sumatera Offshore) yang beroperasi. Sedangkan cluster III dan IV di dan South Lhok Sukon masih belum beroperasi. Berkaitan dengan pasokan ke domsetik, Purnomo berharap cluster III dan IV dapat segera beroperasi. Akhir bulan September 2001 ini target itu diperkirakan dapat terealisasi.
Baca Juga:
Purnomo yakin pengalihan pasokan dari ekspor untuk devisa ke domestik tidak akan mengganggu target APBN 2001 karena sektor migas pada APBN masih diperkirakan surplus di atas US$ 24 per barel. Hingga per 31 juli 2001 dari migas diperkirakan masih surplus US$ 2 US dollar per barel dan laba dari ekspor LNG US$ 15 juta dollar per bulan, sedangkan untuk domestik hanya sebesar US$ 4 juta per bulan. “Namun ke depan kita masih belum tahu, sebab APBN kan masih (berlaku, red) hingga 31 Desember 2001. Padahal harga minyak kan fluktuatif, dipengaruhi oleh faktor eksternal,” kata dia bersikap realistis. (Dede Ariwibowo)