Hal itu disampaikan Gubernur BI Sjahril Sabirin, usai pertemuan dengan pihak IMF yang diwakili oleh Direktur Kawasan Asia Pasific Anoop Singh, di gedung Bank Indonesia, di kawasan Thamrin, Jakarta, Senin (9/7) malam.
Menurut Syahril, hal lain yang dibicarakan dalam pertemuan itu adalah tentang butir-butir draft Letter of Intent (LoI) yang khusnya berkaitan dengan BI. “IMF tidak ada masalah soal butir draft LoI yang menyangkut BI,” ujar Sjahril.
Butir-butir draft LoI yang dibicarakan tersebut diantaranya adalah tentang target-target moneter dan sedikit tentang pengawasan bank-bank. Selain itu, menurut Syahril, IMF sangat setuju sekali soal langkah pengetatan kebijakan moneter.
Langkah-langkah yang diambil dalam rangka pengetatan kebijakan moneter, menurut Sjahril, adalah dengan melanjutkan saja apa yang sudah dilakukan selama ini.
“Misalnya saja di tahun 2001 ini mungkin dalam bulan-bulan tertentu akan diperketat kebijakan moneter. Dan pada bulan-bulan tertentu lainnya tidak terlalu diperketat,” jelas Syahril.
Syahril mengharapkan dengan diperketatnya kebijakan moneter pada bulan-bulan tertentu maka laju inflasi bisa ditekan. Ketika ditanya, apakah LoI yang dibicarakan itu sudah disepakati, Syahril mengatakan hal itu belum bisa disepakati karena masih akan dibicarakan pada pertemuan yang akan datang.
Sebelumnya, ditempat yang sama, Deputi Gubernur BI Miranda S Gultom mengatakan, pembicaraan dengan IMF menyangkut harapan agar semua yang menjadi isi LoI bisa tercapai. Ketika ditanya, soal indikasi kebijakan moneter ke depan natinya, Miranda menjelaskan bahwa, indikatornya adalah base money-nya harus lebih ketat. “Sampai sekarang base money kita besar sekali, sudah mencapai Rp 112 triliun. Meskipun kita menyadari, hal itu banyak dipengaruhi demand,” jelasnya .
Miranda mencontohkan, dalam keadaan seperti sekarang, bertepatan dengan liburan dan anak masuk sekolah, umumnya base money-nya agak tinggi. Agar inflasi itu rendah maka menurut Miranda base money-nya harus lebih diperketat. Caranya, antara lain dengan usaha menarik likuiditas yang berlebihan dari perekonomian.
Rencananya pertemuan dengna IMF ini akan dilanjutkan Selasa (10/7) di tempat yang belum ditentukan. (Sam Cahyadi)