Menurut dealer Trust Sekuritas, Haryajid, sentimen negatif terhadap perdagangan di BEJ masih ditambah pula dengan berita mengenai keinginan sebuah lembaga untuk mengadakan tandingan istighosah NU (Nahdlatul Ulama) di hari yang sama, yakni takbir sejuta umat. Kekhawatiran investor juga dipicu oleh niat Sekretaris Negara untuk mengadakan pertemuan antar-elite politik di hari yang sama.
“Hal itu tentu saja membuat para investor khawatir akan kondisi pasar, karena dikhawatirkan pada 30 April akan ada kekacauan besar,” kata dia. Seiring dengan penurunan IHSG, indeks LQ 45 pun melemah 0,563 poin ke level 69,192.
Haryajid mengatakan, naiknya saham-saham rokok, Sampoerna naik Rp 100 menjadi Rp 11.550 dan Gudang Garam naik Rp 50 menjadi Rp 11.500, menopang indeks tidak turun signifikan. Terjadi technical rebound pada kedua saham rokok itu, sehingga saham keduanya menjadi sedikit terangkat. Meski begitu, ada gejala investor tidak begitu yakin akan tindakannya, terbukti dengan buy back yang dilakukannya. “Tadi pagi mereka melakukan sold selling, namun di sore ada buy back,” kata dia.
Sedangkan saham Astra (ASII) yang turun Rp 75 menjadi Rp 1.200, disebabkan besarnya jumlah utang perusahaan otomotif ini dalam bentuk dolar AS, jadi dengan melemahnya nilai rupiah menjadi Rp 12.100/US$, ratio utang pun menjadi besar. “Di fundamental, secara teknikal, saham ini akan tetap kuat,” ujar Haryajid. Untuk saham Indosat yang turun Rp 50 menjadi Rp 8.100, dia menilai sudah mencapai angka resistance. Dan untuk Telkom yang turun Rp 50 menjadi Rp 2.300, Haryajid menilai saham ini masih aman.
Pada saham Indocement (INTP) yang dalam right issue mengkonversi saham menjadi waran dengan nilai Rp 1.200, padahal nilai sahamnya di market Rp 1.450, Haryajid menilai investor masih khawatir right issue itu didominasi oleh Heidelberger. Sebab, investor asing tersebut kini memiliki 45,48 persen saham INTP. “Percuma, investor sudah hati-hati, apakah saham ini akan dibawa naik atau turun oleh Heidelberger. Lagipula saham ini memang tidak menarik bagi invetor karena tidak likuid,” kata dia.
Mengenai saham Indosiar yang masih tertahan di angka Rp 600, Haryajid menilai, saham ini lebih banyak dipegang oleh penjamin emisi, dan sudah biasa kalau suatu saham lebih banyak dikuasai oleh broker tertentu, maka akan dibawa naik atau turun (gorengan).
Haryajid juga memperkirakan, indeks akan bergerak di angka 344-355. Namun, dia juga mengatakan, masih ada kekhawatiran investor akan kedua hal di atas. “Indeks akan mix, tapi juga cenderung melemah disebabkan oleh situasi politik dan makro, bukan karena technical,” kata dia. (Juke Illafi K)