Kandungan gas yang dieksplorasi Exxon diambil dari lapangan Lhoksukon dengan total kandungan sekitar 17 triliun standart cubik feet (TSCF). Namun saat ini, di dua lapangan gas yang masih dapat dieksploasi tersisa 3 triliun standart cubic feet (TSCF). Atau masih dapat dieksplorasi selama lima tahun lagi.
Selain melakukan eksplorasi di darat, Exxon juga mempunyai eksplorasi di lapangan NSO yang terletak di Selat Malaka. Belum diketahui secara pasti penghentian produksi itu termasuk di lapangan NSO atau tidak. Kandungan gas yang terdapat di lapangan NSO sebesar 1,8 TSCF. “Jumlah itu hanya mampu memenuhi seperenam kapasitas produksi Exxon,” tegas Hutapea.
Baca Juga:
Sementara itu, Ketua Komisi VIII DPR, Irwan Prayitno menilai penghentian produksi PMA migas asal Amerika Serikat tersebut bukan karena factor dalam negeri. Ia menduga adanya desakan dari pemerintah Amerika Serikat sebagai factor utama alasan penghentian tersebut.
“Saya menduga yang paling besar pengaruhnya terhadap penghentian produksi itu desakan pemerintah Amerika,” kata Prayitno ditemui TEMPO Interaktif seusai rapat kaukus lingkungan hidup dan kependudukan di Gedung DPR, Senin (12/3).
Ia menjelaskan berdasarkan perhitungan industri alasan penutupan Exxon sangat tidak masuk akal. Karena tindakan penutupan tersebut dinilai sebagai langkah yang bodoh. “Tidak ada alasan yang kuat bagi Exxon untuk menutup industri itu. Apalagi didasarkan atas pertimbangan industri. Sebab eksplorasinya kan menguntungkan, kecuali kalau merugi,” tambah dia.
Kesimpulannya, menurut Prayitno, penghentian produksi Exxon karena ada desakan dari luar. Diakui pula sebenarnya ada isu lain. Seperti desakan dari GAM atau TNI. Namun alasan keduanya tidak cukup kuat. Mengingat kedua kelompok itu memiliki kepentingan yang besar atas keberadaan ExxonMobil. “Kalau dugaan itu benar, jelas merupakan desakan untuk penurunan Presiden Abdurrahman Wahid. Ini merupakan bentuk ketidaksenangan Amerika pada pemerintahan Gus Dur.”
Ia menjelaskan Amerika Serikat telah memainkan perannya untuk memberi sedikit tekanan melalui keberadaan ExxonMobil. Tekanan ini akan memberi pengaruh terhadap kondisi social, ekonomi dan politik di Indonesia yang cukup besar. “Bayangkan bila Exxon ditutup, Arun pun kena pengaruhnya, industri pupuk terkena, serta industri lainnya akan kena juga bakal kenal. Seperti multiplier effect,” tambah dia.
Ia sangat menyayangkan langkah yang diambil oleh pihak ExxonMobil. Karena dengan begitu, negara telah dirugikan sangat besar. “Kita menyesalkan penutupan itu apapun penyebabnya. Dalam minggu ini, Komisi VIII akan mengundang pihak ExxonMobil dan Pertamina untuk menjelaskan hal tersebut,” kata Prayitno.
Guna mengatasi kekuranganLNG tersebut, Hutapea menyatakan kemungkinan yang paling besar bisa dipenuhi dari Bontang. Sebab saat ini produksi Bontang tengah mengalami oversupply akibat permintaan yang menurun. “Tapi kapasitasnya hanya 1,5 juta SCF per tahun. Jelas itu tidak mencukupi,” tambah dia.(Deddy Hermawan)