TEMPO.CO, Sidoarjo - Perusahaan minyak dan gas Lapindo Brantas, Inc. berencana kembali melakukan pengeboran di Sumur Tanggulangin 1, Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur. Sumur Tanggulangin 1 berada tak jauh dari pusat semburan lumpur panas Lapindo di Porong.
"Untuk eksplosarinya, nanti mungkin targetnya diperkirakan awal Maret 2016," kata Public Relation Manager Lapindo Brantas, Inc., Arief Setya Widodo, saat jumpa wartawan di sebuah kafe di kompleks perumahan Kahuripan Nirwana Village, Selasa, 5 Januari 2015.
Arief mengatakan seharusnya pengeboran sudah dilakukan pada awal Desember 2015 lalu. Namun rencana itu mundur karena masalah sosial yang tak kunjung selesai. Warga sebagian besar menolak dengan alasan trauma atas tragedi semburan lumpur panas Lapindo.
Meski sampai saat ini masih mendapatkan penolakan dari warga, pihaknya akan tetap melakukan pengeboran. Rencananya, Lapindo melakukan pengerukan dan pemadatan tanah yang menjadi kegiatan awal pengeboran atau DSP (drill site preparation).
"Sebelumnya, kami sudah melakukan proses sosialisasi bersama aparat keamanan terkait. Hasilnya, kemarin masyarakat sempat menolak. Insya Allah besok (Rabu hari ini) sudah kondusif. Namun pengamanan memang tetap harus dilakukan aparat kepolisian untuk mengantisipasi ricuh," katanya.
Arif menyatakan, secara geologi, pengeboran itu tak akan menimbulkan masalah. Bahkan ia menyatakan telah mendapatkan izin dari Badan Lingkungan Hidup Sidoarjo, yang sudah ditandatangani mantan Bupati Sidoarjo, Saiful Ilah.
"Kalau kajian geologi sudah ada UKL-UPL (upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan). UKL-UPL ini izin dari Badan Lingkungan Hidup Sidoarjo. Di dalam UKL-UPL, semuanya sudah masuk masalah teknis, masalah hubungan geologis, dan sebagainya. Sudah aman," ujar Arief.
Pengeboran di Sumur Tanggulangin 1, Arief berujar, perlu segera dilakukan mengingat produksi gas yang ada sekarang mengalami penurunan. Selain itu karena desakan pemerintah, dalam hal ini SKK Migas, untuk meningkatkan produksi demi memenuhi kebutuhan gas di Jawa Timur dan sekitarnya.
Produksi gas Lapindo Brantas, Inc. di Sumur Tanggulangin 1 diprediksi mencapai 5 juta meter kubik per hari. Jika digabung dengan sekitar 30 sumur yang sudah beroperasi di Sidoarjo, total produksi gas mencapai 8 juta meter kubik per hari. "Dulu produksi gas Lapindo 80 juta meter kubik per hari," katanya.
Sementara itu, di saat perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki Bakrie Group itu hendak kembali mengebor, PT Minarak Lapindo Jaya selaku juru bayar Lapindo Brantas, Inc. belum tuntas melakukan pembayaran ganti rugi korban lumpur Lapindo yang masuk dalam peta area terdampak. Dari total 3.331 berkas, sebanyak 86 berkas ganti rugi warga belum dibayar.
NUR HADI