TEMPO.CO, Jakarta - Perusahaan penghasil minyak sawit mentah (crude palm oil), Wilmar Group membantah tudingan keterlibatan mereka dalam pembakaran lahan yang menyebabkan bencana kabut asap di Sumatra dan Kalimantan.
Bantahan tersebut disampaikan terkait hasil temuan Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) mengenai 27 perusahaan perkebunan pembakar lahan. Walhi menyebutkan Wilmar sebagai dalang penggerak pembakaran lahan.
Walhi menyatakan sebagian besar titik api yang ditemukan berada dalam konsesi perusahaan Wilmar Group. Terutama di hutan tanaman industri (HTI) sebanyak 5669 titik api dan di perkebunan kelapa sawit sebanyak 9168.
Walhi menyatakan Wilmar berkontribusi besar atas terjadinya kebakaran hebat di 4 provinsi seperti Jambi, Riau, Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah .
Komisaris Wilmar Group, MP Tumanggor mengatakan data Walhi yang menyebutkan bahwa sebagian besar titik api penyebab asap berada dalam konsesi perusahaan Wilmar Group itu tidak benar dan asal ambil. "Semua data tak jelas itu hanya akan berujung pada pencemaran nama baik." katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat 16 Oktober 2015.
Tumanggor mengatakan Wilmar memiliki kebijakan internal yang melarang keras pembakaran dan perusakan lahan dalam rangka pembukaan kebun. Wilmar sudah sering mengadakan sosialisasi terkait larangan tersebut di masyarakat yang bahkan melibatkan instansi pemerintah seperti dinas perkebunan, kepolisian, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan TNI.
Tumanggor menambahkan, perusahaan sudah menyiapkan langkah strategis termasuk menempuh jalur hukum. "Paling tidak kami berharap Walhi mengajukan verifikasi dulu pada kami langsung sebelum mempublikasikan data yang tak jelas itu."
Corporate Secretary Wilmar Group, Johannes lantas membeberkan data perusahaan mereka di empat provinsi tersebut. Wilmar hanya memiliki total 13 perusahaan di 4 lokasi sumber utama kabut asap yang kini sudah menjadi bencana nasional itu.
"Kami punya 7 (perusahaan) di Kalteng, 4 di Sumsel, dan 2 di Riau. Di Jambi malah kami hanya punya pabrik kelapa sawit dan bukannya lahan.Data 27 perusahaan dari Walhi itu jelas tidak valid." kata Johannes sembari menunjukkan rincian 13 nama perusahaan Wilmar."
YOHANES PASKALIS