Manfaatkan Bonus Demografi, Indonesia Bisa Belajar dari Myanmar  

Reporter

Editor

Setiawan

Jumat, 26 Mei 2017 10:39 WIB

TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Bogor - Direktur Indonesian Center for Urban and Regional Studies (ICURS) Ifan Haryanto mengatakan menyongsong bonus demografi, pemerintah Indonesia perlu menyediakan lapangan kerja berbasis potensi ekonomi nasional.

Baca: Pengangguran Turun, Pemerintah Diminta Waspadai Bonus Demografi

"Potensi ekonomi yang dimaksud merupakan potensi nasional yang belum dikelola secara maksimal dan bisa digunakan untuk membuka lapangan kerja," katanya di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) di Bogor, Jawa Barat, Kamis, 25 Mei 2017.

Bonus demografi adalah kondisi ketika struktur penduduk Indonesia didominasi kelompok usia produktif.

Dalam sesi panel diskusi seminar nasional bertajuk "Membangun Indonesia: Membangun Perekonomian Nasional Melalui Tenaga Kerja Lokal yang Kompetitif dan Karakter", Irfan merinci tiga potensi ekonomi nasional yang belum dikelola secara maksimal.

Pertama, potensi kekayaan laut berupa budi daya perikanan darat dan laut, bioteknologi kelautan, perairan dalam, wisata bahari, energi kelautan, industri maritim, serta cadangan minyak off-shore yang belum dieksploitasi.

Kedua, potensi tambang dan energi berupa emas, timah, tembaga, nikel, uranium, dan gas bumi. Ketiga, potensi hutan tropis dan tanah subur yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan bisa dimanfaatkan untuk budi daya pertanian dan perkebunan.

Menurut Ifan Haryanto—yang juga Bendahara Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana NU (ISNU)—saat ini tenaga kerja di Indonesia berjumlah sekitar 131 juta. Dengan adanya persaingan pasar tenaga kerja di tingkat regional dan internasional, Indonesia perlu mengembangkan sektor ekonomi nasional yang berpotensi menciptakan lapangan kerja untuk menyerap angkatan kerja (penduduk usia produktif) hasil dari bonus demografi.

Indonesia, kata Irfan, perlu belajar dari Myanmar yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi (8,5 persen), yang antara lain karena memanfaatkan secara maksimal potensi ekonomi nasional (sumber daya alam). Juga memanfaatkan angka penduduk usia produktif yang tinggi dan disertai meningkatnya investasi luar negeri, terutama dari Cina, untuk mendukung pembangunan infrastruktur, tenaga listrik, energi, dan pertanian.

Irfan menambahkan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan stabilitas politik dan keamanan nasional. "Juga konsistensi kebijakan fiskal/moneter yang pro-pertumbuhan, serta menciptakan iklim kondusif bagi investasi."

Baca: Bonus Demografi, Pendapatan per Kapita Bisa Tembus Rp 390 juta

Misalnya, ucap Irfan, melalui jaminan kepastian hukum dan penghapusan hambatan peraturan berusaha, meminimalkan praktik ekonomi biaya tinggi, dan memberikan paket insentif yang menarik bagi investor.

ANTARA


Berita terkait

Survei Buktikan Jobseeker dengan Keterampilan AI Lebih Laku di Pasar Tenaga Kerja

5 hari lalu

Survei Buktikan Jobseeker dengan Keterampilan AI Lebih Laku di Pasar Tenaga Kerja

Keterampilan menguasai AI semakin dicari oleh perusahaan di skala global. Belum diimbangi skema pendidikan yang tepat.

Baca Selengkapnya

Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

12 hari lalu

Lowongan Kerja Tergerus AI, Pakar Unair: Pekerja Skill Rendah Semakin Tertekan

Pakar Unair mewanti-wanti regulator soal bahaya AI terhadap dunia kerja. AI bisa menyulitkan angkatan kerja baru, terutama yang memiliki skill rendah.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

39 hari lalu

Top 3 Dunia: Jepang Krisis Tenaga Kerja Hingga Profil Cawapres AS Nicole Shanahan

Berita Top 3 Dunia pada Rabu 27 Maret 2024 diawali oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya membuka banyak loker bagi WNI

Baca Selengkapnya

Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

40 hari lalu

Jepang Krisis Tenaga Kerja, Butuh Banyak Pekerja dari Indonesia

Duta Besar Jepang untuk Indonesia mengungkap alasan negaranya banyak membuka lowongan kerja bagi warga negara Indonesia.

Baca Selengkapnya

Jerman Krisis Tenaga Kerja, Minta Pelajar Sopiri Trem

42 hari lalu

Jerman Krisis Tenaga Kerja, Minta Pelajar Sopiri Trem

Jerman sedang mengalami krisis tenaga kerja sehingga meminta anak muda magang menjadi sopir trem.

Baca Selengkapnya

Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

44 hari lalu

Kenapa Cari Kerja Susah Sekarang? Ini Penjelasannya

Pertumbuhan ekonomi RI tidak diikuti penyerapan kerja yang optimal.

Baca Selengkapnya

Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

53 hari lalu

Sandiaga Uno: Nilai Tambah Ekonomi Kreatif Capai Rp 1,4 Triliun

Menteri Sandiaga Uno menyebut nilai tambah ekonomi kreatif mencapai Rp 1,4 triliun. Melampaui target.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut Kontribusi UMKM terhadap PDB Capai 61 Persen

7 Maret 2024

Jokowi Sebut Kontribusi UMKM terhadap PDB Capai 61 Persen

Jokowi mengklaim kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 61 persen.

Baca Selengkapnya

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

29 Februari 2024

Sekretariat JETP Tunggu Aturan Kementerian ESDM untuk Pandu Pensiun Dini PLTU Batu Bara

Sekretariat Just Energy Transition Partnership (JETP) menunggu perangkat peraturan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Baca Selengkapnya

Apa Itu Tenaga Honorer? Ini Pengertian dan Perbedaannya dengan PPPK

20 Februari 2024

Apa Itu Tenaga Honorer? Ini Pengertian dan Perbedaannya dengan PPPK

Tenaga honorer merupakan bagian integral dari struktur tenaga kerja di Indonesia, terutama di sektor publik.

Baca Selengkapnya