China Lebih Timpang dari Amerika Serikat

Reporter

Editor

Senin, 18 September 2006 23:15 WIB

TEMPO Interaktif, SINGAPURA: Kesejahteraan di China ternyata lebih timpang ketimbang di Amerika Serikat. Fakta ini terungkap dalam seminar Bank Dunia di Singapura hari ini, Senin 18 September 2006. Padahal, seperti dikatakan profesor Tommy Koh, ketua Institute of Policy Studies di Singapura yang meneliti perkembangan ekonomi Asia, "Sebelum krisis, laju pembangunan ekonomi di Asia Timur dan Tenggara tak hanya tinggi tapi juga merata."Keadaan yang mengejutkan itu tak hanya terjadi di China, hal serupa terjadi hampir di semua negara Asia kecuali Jepang dan Indonesia. Indikasi ini terungkap dari data koefisien Gini pada laporan Bank Dunia berjudul World Development Indicator 2006. Koefisien Gini bernilai 100 berarti kondisi ekonomi penduduk sangat timpang sedangkan nilai 0 berarti sangat merata.Koefisien Gini Amerika Serikat adalah 40,8, masih di bawah China (44,7), Malaysia (49,2), Papua New Guinea (50,9),Filipina (46,1), Singapura (42,5) dan Thailand (42,0). Hanya Jepang (24,9) dan Indonesia (34,3) yangpemerataannya kesejahteraannya lebih baik dari Amerika.Melebarnya jurang kaya dan miskin ini, menurut Tommy Koh, merupakan salah satu tantangan yang harus diatasi para pemimpin Asia dalam menjalankan kebijakkan pembangunan ekonominya. Selain itu, rusaknya lingkungan dan korupsi merupakan hambatan lainnya."Hanya ada enam negara Asia yang tingkat korupsinya tidak tinggi,"kata Tommy Koh. Ia menyandarkan pendapatnya pada hasil survey Transparency International di 159 negara. Hanya Singapura, Hong Kong, Jepang, Taiwan, Malaysia dan Korea yang skornya lima ke atas. Menurut indeks TI, skor 10 berarti bebas korupsi sedangkan 0 berarti sangat korup.Ketimpangan sosial dan meningkatnya korupsi dikhawatirkan akan menjadi penyakit yang mencederai pembangunan ekonomi Asia yang kini sedang bergeliat seperti terjadi di Eropa saat mengalami Renaisance di abad ke 15. Kekhawatiran ini diungkapkan oleh Homi Kharas, kepala ekonomi Asia Pasifik Bank Dunia. Itu sebabnya kualitas pertumbuhan ekonomi di Asia harus diperbaiki melalui tata kelola pemerintahan yang baik, program peningkatan kohesi sosial dan pengelolaan kota besar yang baik. "Pertumbuhan ekonomi Asia disertai dengan perpindahan penduduk desa ke kota dalam jumlah besar," katanya dalam panel diskusi berjudul "Asia Rising: Myths and Realities" itu.BHM

Berita terkait

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

15 Desember 2023

Sri Mulyani: Ekonomi Global hingga Akhir Tahun Masih Diliputi Ketidakpastian

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kondisi perekonomian global masih diliputi ketidakpastian sampai dengan akhir tahun ini.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

21 Oktober 2022

Sri Mulyani: Perekonomian Dunia Akan Terus Tertekan hingga 2023, Indonesia Resilient

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia terus menurun.

Baca Selengkapnya

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

28 September 2022

Ancaman Resesi Global 2023, Luhut: Kita Harus Kompak Hadapi Keadaan

Luhut Binsar Panjaitan meminta Indonesia harus kompak menghadapi ancaman resesi global 2023.

Baca Selengkapnya

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

17 Februari 2020

Ekonomi Dunia Makin Tak Pasti, Pasar Saham Dinilai Paling Rentan

Pasar saham menjadi yang paling rentan terpengaruh oleh dinamika perekonomian global yang diliputi ketidakpastian sejak awal 2020.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

24 September 2019

Sri Mulyani Sebut Perekonomian Global Masih Konsisten Melemah

Sri Mulyani mengatakan data tersebut menyiratkan bahwa sektor pertambangan memang mengalami tekanan yang sangat dalam pada tahun ini.

Baca Selengkapnya

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

30 Juli 2019

Core: Perekonomian Dunia Hingga Akhir 2019 akan Tumbuh Lambat

Core menyatakan kondisi perekonomian dunia hingga akhir 2019 diperkirakan tumbuh lebih lambat dibanding 2018.

Baca Selengkapnya

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

10 April 2019

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 3,3 Persen

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomiglobal 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.

Baca Selengkapnya

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

27 Agustus 2018

Jokowi Cerita Saat Presiden Bank Dunia Tak Punya Saran untuk RI

Presiden Jokowi mengatakan Indonesia mesti mengandalkan kemampuannya sendiri agar aman dari dampak ketidakstabilan ekonomi dunia"Saya tanya langsung gimana kira-kira prospek pertumbuhan ekonomi maupun keadaan ekonomi global secara umum, apa saranmu kepada Indonesia? Dia ngomong tidak punya saran, semuanya sulit diprediksi. Ya artinya menurut saya internal kita sendiri yang harus diperbaiki," kata Jokowi saat menerima anggota Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, 27 Agustus 2018.

Baca Selengkapnya

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

17 Juli 2018

Sri Mulyani Ungkap 3 Tren yang Pengaruhi Perekonomian Dunia

Sri Mulyani menyatakan Indonesia siap menghadapi kondisi perekonomian global tersebut.

Baca Selengkapnya

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

12 Juni 2018

Ketua IMF Ingatkan Suramnya Perekonomian Dunia 2019

IMF memprediksi perekonomian dunia tahun depan hanya tumbuh 3,9 persen.

Baca Selengkapnya