BI: Utang Luar Negeri Jangka Panjang Mendominasi  

Selasa, 23 Agustus 2016 12:25 WIB

TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara mengatakan utang luar negeri (ULN) pada akhir triwulan II tahun ini bertambah 6,2 persen secara year-on-year (yoy). Menurut dia, berdasarkan jangka waktu asal, posisi ULN didominasi utang jangka panjang.

Menurut Tirta, ULN jangka panjang pada akhir triwulan II ini mencapai US$ 282,3 miliar atau sekitar 87,2 persen dari total ULN. "Dengan kata lain, meningkat 7,7 persen (yoy) lebih lambat daripada pertumbuhan triwulan I 2016 sebesar 8,4 persen (yoy)," kata Tirta dalam keterangan tertulisnya, Senin, 22 Agustus 2016.

Adapun ULN jangka pendek pada akhir triwulan II ini tercatat sebesar US$ 41,5 miliar atau sekitar 12,8 persen dari total ULN. Tirta berujar, ULN jangka pendek ini menurun 3,1 persen (yoy). "Lebih kecil dibandingkan dengan penurunan pertumbuhan triwulan I 2016 sebesar 9,1 persen (yoy)," tuturnya.

Meski secara tahunan menurun, Tirta mengatakan, ULN jangka pendek pada akhir triwulan II 2016 ini meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir triwulan sebelumnya. "Dengan perkembangan tersebut, rasio utang jangka pendek terhadap cadangan devisa tercatat sebesar 37,8 persen pada triwulan II ini.”

Baca: BI: Utang Luar Negeri RI Kuartal II/2016 Tumbuh 6,2 Persen

Bank Indonesia mencatat, ULN pada akhir triwulan II 2016 tumbuh sebesar 6,2 persen (yoy). ULN pada akhir triwulan II ini mencapai US$ 323,8 miliar atau sekitar Rp 4.281,28 triliun. ULN jangka panjang tumbuh 7,7 persen (yoy) dan ULN jangka pendek turun 3,1 persen (yoy).

Sementara itu, berdasarkan pada kelompok peminjam, pertumbuhan tahunan ULN sektor publik meningkat, sedangkan pertumbuhan tahunan ULN sektor swasta menurun. "Rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir triwulan II 2016 tercatat sebesar 36,8 persen, sedikit meningkat dari 36,6 persen pada akhir triwulan I 2016," ujar Tirta.

Sebelumnya diberitakan, ULN Indonesia pada April 2016 tercatat US$ 319,0 miliar atau naik 6,3 persen (year-on-year). Menurut Kepala Riset PT NH Korindo Securities Reza Priyambada, berdasarkan jangka waktu asal, utang luar negeri berjangka panjang meningkat, sedangkan utang luar negeri berjangka pendek masih mengalami penurunan.

Berdasarkan kelompok peminjam, utang luar negeri sektor publik meningkat, sedangkan utang luar negeri sektor swasta masih mengalami penurunan. "Berdasarkan jangka waktu asal, posisi utang luar negeri Indonesia didominasi utang luar negeri jangka panjang," ujar Reza, Senin, 20 Juni 2016.

ULN berjangka panjang pada April 2016 mencapai US$ 279,3 miliar (87,6 persen dari total utang luar negeri) atau tumbuh 8,3 persen (yoy). Utang ini lebih tinggi daripada pertumbuhan pada Maret 2016, yang mencapai 7,9 persen (yoy). Sementara itu, ULN berjangka pendek pada April 2016 tercatat US$ 39,7 miliar (12,4 persen dari total utang luar negeri) atau turun 5,5 persen (yoy), setelah pada Maret 2016 turun 8,4 persen (yoy).

ANGELINA ANJAR SAWITRI

Berita terkait

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

1 jam lalu

Ramai di X Bayar Tunai Ditolak Kasir, BI Buka Suara

Bank Indonesia mendorong aktivitas bayar tunai, namun BI mengimbau agar merchant tetap bisa menerima dan melayani pembayaran tunai

Baca Selengkapnya

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

11 jam lalu

Aliran Modal Asing Rp 19,77 T, Terpengaruh Kenaikan BI Rate dan SRBI

Kenaikan suku bunga acuan atau BI rate menarik aliran modal asing masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

17 jam lalu

Bank Danamon Belum Berencana Naikkan Suku Bunga KPR

Bank Danamon Indonesia belum berencana menaikkan suku bunga KPR meski suku bunga acuan BI naik menjadi 6,25 persen

Baca Selengkapnya

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

1 hari lalu

Cadangan Devisa RI Akhir April 2024 Anjlok Menjadi USD 136,2 Miliar

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Baca Selengkapnya

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

5 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

5 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

6 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

8 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

9 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

9 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya