TEMPO.CO, Jakarta - Setelah proyek kereta cepat dimenangi Cina, minat kompetitor Jepang untuk berinvestasi diperkirakan akan surut. Namun ternyata minat investasi Negeri Sakura tersebut semakin meningkat dengan kedatangan lebih dari seribu delegasi yang diterima Presiden Joko Widodo pada Senin malam, 23 November 2015.
"Saya kira ini adalah kunjungan delegasi terbesar ke suatu negara yang pernah ada," ujar Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani dalam keterangan resminya, Senin, 23 November 2015. Menurut Franky, hal tersebut membuktikan tingginya kepercayaan Jepang terhadap iklim investasi negara.
Kunjungan seribu delegasi terjadi atas hasil pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Pembicaraan tersebut dilakukan di tengah perhelatan KKT ASEAN pekan lalu di Malaysia.
Sebelumnya, Franky mengaku sudah menerima perwakilan pemerintah Jepang, yaitu Gubernur Okoyama, Gubernur Aichi, dan Gubernur Saitama, pada bulan lalu. "Awal tahun, akan ada kegiatan pemasaran investasi di tiga prefektur tersebut," kata Franky.
Menurut data realisasi investasi periode Januari-September 2015, Jepang menduduki peringkat ketiga dengan nilai mencapai US$ 2,5 miliar dan 1.318 proyek. Nilai itu di bawah Singapura dengan nilai proyek US$ 3,55 miliar dan Malaysia sebesar US$ 2,9 miliar.
Sedangkan untuk investasi dan pinjaman pembangunan empat tahun ke depan, Jepang menduduki peringkat pertama. Buku daftar pinjaman luar negeri (blue book) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mencatat Jepang telah berkomitmen mengeluarkan US$ 15 miliar dari total target US$ 39,9 miliar.