Neraca Perdagangan Surplus, Darmin: Belum Memuaskan  

Reporter

Kamis, 15 Oktober 2015 15:14 WIB

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjawab pertanyaan wartawan saat Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi di Kantor Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, 15 Oktober 2015. TEMPO/Subekti.

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menyatakan neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus belum memuaskan. Meski angka impor turun, pada saat yang sama ekspor Indonesia juga ikut merosot.

“Tetap ada berita baiknya. Namun tidak cukup,” kata mantan Gubernur Bank Indonesia dan Direktur Jenderal Pajak itu di kantornya, Kamis, 15 Oktober 2015.

Surplus akan meningkat, ujar Darmin, apabila ekspor juga mengalami lonjakan. Sayangnya, ia meneruskan, Indonesia belum mempunyai komoditas alternatif andalan untuk mendongkrak ekspor. “Selain hasil sumber daya alam,” ujarnya.

Meski demikian, Darmin menambahkan, ada beberapa sektor industri yang mengalami pertumbuhan. Misalnya, kata Darmin, industri pangan dan alas kaki. “Permata perhiasan, ya, batu akik segala macam. Tapi enggak mungkin besar juga,” tuturnya.

Dalam paket kebijakan, Darmin menjelaskan, pemerintah tidak hanya berfokus pada deregulasi perizinan untuk mendorong investasi industri. Namun juga membantu pembiayaan ekspor. “Terutama untuk UKM. Kita harus dukung itu,” ucapnya.

Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya surplus neraca perdagangan hingga September 2015 sebesar US$ 7,13 miliar.

Total ekspor dari Januari hingga September mencapai US$ 115,07 miliar. Nilai ini turun sebanyak 13,29 persen dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Pada September ini, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, turun 1,55 persen dibandingkan Agustus tahun ini. Sedangkan jika dibandingkan dengan September tahun lalu, nilainya juga menurun sebesar 17,98 persen.

Meski mengalami surplus, Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin mengungkapkan, volume ekspor neraca perdagangan turun sebesar 7,93 persen. “Penurunan volume ini lebih tinggi daripada penurunan value,” katanya di kantor BPS, Kamis, 15 Oktober 2015.

Suryamin menjelaskan, adanya penurunan volume perdagangan tapi masih bisa menghasilkan neraca yang surplus menandakan adanya peningkatan harga-harga komoditas yang tinggi, khususnya nonmigas. “Untuk nonmigas turun 1,06 persen, volumenya turun 2,63 persen,” ujarnya.

Demikian juga ekspor migas yang mengalami penurunan sebesar 5,2 persen. Pada sektor ini, juga terjadi penurunan volume. “Artinya, masih ada penurunan harga migas yang cukup drastis, hampir 50 persen dari tahun lalu,” tutur Suryamin.

SINGGIH SOARES | MAYA AYU PUSPITASARI


Berita terkait

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

9 jam lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

18 jam lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

23 jam lalu

Kemenperin Jamin Pengetatan Impor Tidak Bebani Industri Manufaktur

Aturan pengetatan impor dijamin tidak bebani industri manufaktur. Pelaku industri alas kaki menganggap aturan memperumit birokrasi dalam memperoleh bahan baku dari luar negeri.

Baca Selengkapnya

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

1 hari lalu

Wakil Sri Mulyani Harap Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen Bisa Gaet Investor

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara angka pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 bisa menjadi basis.

Baca Selengkapnya

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

1 hari lalu

Rupiah Menguat ke Level Rp 16.025 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat dalam penutupan perdagangan hari ini ke level Rp 16.025 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

1 hari lalu

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I 2024 Tumbuh, Tertinggi Sejak 2015

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan I-2024 yang tercatat 5,11 persen secara tahunan

Baca Selengkapnya

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

4 hari lalu

Kian Panas, Turki Putuskan Hubungan Dagang dengan Israel

Turki memutuskan hubungan dagang dengan Israel seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Palestina.

Baca Selengkapnya

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

5 hari lalu

17 Bandara Internasional Turun Status, BPS: Hanya Digunakan 169 Wisatawan Mancanegara

BPS mencatat hanya 169 wisatawan mancanegara yang menggunakan 17 Bandara yang kini turun status menjadi Bandara domestik.

Baca Selengkapnya

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

5 hari lalu

BPS: Inflasi Indonesia Mencapai 3 Persen di Momen Lebaran, Faktor Mudik

Badan Pusat Statistik mencatat tingkat inflasi pada momen Lebaran atau April 2024 sebesar 3 persen secara tahunan.

Baca Selengkapnya

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

13 hari lalu

Produk Indonesia di Mesir Raup Transaksi Potensial Rp 253 Miliar, Didominasi Biji Kopi

Nilai transaksi potensial paviliun Indonesia di Cafex Expo 2024, Mesir, capai Rp 253 milir. Didominasi oleh produk biji kopi Indonesia.

Baca Selengkapnya