Rupiah Menuju 15.000, Akankah Indonesia Ulang Krisis 1998?  

Reporter

Minggu, 4 Oktober 2015 23:57 WIB

Warga menghitung mata uang rupiah hasil jual mata uang dolar, di money changer. Mata uang rupiah kini semakin melemah akibat krisis global. Jakarta, 25 Agustus 2015. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta -Nilai tukar rupiah yang terus tertekan hingga menuju level 15.000 per dolar, mengundang kecemasan Indonesia bakal kembali mengalami krisis moneter seperti kondisi 1998. Sebab, kurs rupiah yang pada waktu itu melonjak dari level 2.500 menjadi 16.650 per dolar menjadi ambang batas pelaku pasar untuk menilai apakah krisis moneter memang akan terjadi.

Analis Esandar Arthamas Berjangka, Tony Mariano menyangkal bila indikator krisis moneter hanya mengacu pada depresiasi kurs rupiah. Sebab, menurutnya, meskipun rupiah melemah namun kondisi fundamental ekonomi Indonesia 1998 dan 2015 yang jelas berbeda membuat situasi krisis moneter jauh api dari panggang. “Rupiah yang melemah tidak serta merta menjadi indikator mata uang Garuda sudah berada pada krisis moneter,” kata dia.

Tony pun menjelaskan defisit transaksi berjalan pada waktu itu mencapai jumlah 32,5 persen dari produk domestik bruto (PDB). Cadangan devisa sendiri bahkan tercatat sebesar US$ 17 miliar. “Jauh berbeda dari kondisi cadangan devisa Indonesia saat ini yang berjumlah US$ 105,34 miliar,” sambung dirinya.

Tony justru mengingatkan krisis moneter kala itu juga didorong psikologi pelaku pasar yang panik. Sebagian dari mereka yang akhirnya tak percaya dengan pemerintah, kemudian beramai-ramai mengalihkan portofolio asetnya ke dalam bentuk dolar. “Makanya, agar tak menjadi krisis, psikologi pelaku pasar dan masyarakat harus terus dijaga,” jelasnya.

Tak jauh berbeda, ekonom BNI Securities, Heru Irvansyah juga mengatakan rupiah yang melemah bukan satu-satunya ukuran krisis moneter Indonesia. Pelemahan rupiah yang lebih dominan disebabkan faktor penguatan dolar, dan bukan hanya faktor memburuknya perekonomian domestik, menurutnya menjadi dasar penting untuk menegaskan Indonesia belum berada pada situasi krisis. “Depresiasi rupiah dan sebagian kurs regional lebih dipengaruhi spekulasi kenaikan Fed’s rate,” ucapnya.

Apalagi, bagi Heru, manajemen dan regulasi makro ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih baik. Kondisi tersebut menambah kemungkinan Indonesia masih cukup aman dari situasi krisis. “Meskipun terbilang aman, namun sikap siaga krisis moneter harus dikedepankan.”

PDAT | MEGEL JEKSON


Baca juga:
TNI & G30 September 1965: Inilah 5 indikasi Keterlibatan Amerika!
Omar Dani: CIA Terlibat G30S 1965 dan Soeharto yang Dipakai

Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

1 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

1 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

1 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

3 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

4 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

4 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

5 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

5 hari lalu

Nilai Tukar Rupiah Makin Merosot, Rp 16.255 per USD

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 45 poin ke level Rp 16.255 per USD dalam perdagangan hari ini.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

5 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

5 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya