Harga Komoditas Turun, Indeks Nikkei Jatuh 4,05 Persen

Reporter

Selasa, 29 September 2015 23:04 WIB

Ilustrasi bursa saham Nikkei. REUTERS/Issei Kato

TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Nikkei Tokyo ditutup jatuh 4,05 persen pada Selasa (29 September 2015), memperpanjang kemunduran ekuitas global di tengah kekhawatiran atas perekonomian Tiongkok dan penurunan harga-harga komoditas.

Indeks Nikkei 225 di Bursa Efek Tokyo turun 714,27 poin menjadi berakhir di 16.930,84, menghapus semua keuntungan untuk tahun ini. Indeks turun 18 persen sejak pemerintah Tiongkok mengejutkan pasar dunia dengan mendevaluasi mata uang yuan pada pertengahan Agustus.

Indeks Topix dari seluruh saham papan utama menukik 4,39 persen, atau 63,15 poin, menjadi ditutup pada 1.375,52.

Kemerosotan dalam ekuitas Jepang mengikuti kerugian yang menyakitkan di pasar AS dan Eropa pada Senin, dengan perusahaan-perusahaan sumber daya khususnya, karena data ekonomi Tiongkok yang lemah menekan harga-harga komoditas utama seperti minyak dan tembaga.

Berita itu memukul raksasa pertambangan Glencore yang tercatat di London, yang jatuh 27,5 persen di Hong Kong Selasa pagi setelah broker daring (online) Investec memperingatkan tentang dampak harga komoditas lemah pada kelompok itu karena kesengsaraan Tiongkok memukul permintaan untuk bahan baku.

"Pelambatan di Tiongkok menyebar ke negara-negara Asia lainnya, Brazil dan Australia, dan pelemahan di negara-negara berkembang bisa bergema melalui ekonomi dunia secara keseluruhan," Toshihiko Matsuno, kepala strategi SMBC Friend Securities, mengatakan kepada Bloomberg News.

"Kami masih belum tahu kapan ketakutan pasar akan berakhir tentang pelambatan Tiongkok, dan karena ini investor-investor beralih ke uang tunai dan aset-aset yang aman."

Para dealer valuta asing pindah ke aset "safe haven" seperti yen,

sedangkan mata uang negara-negara berkembang berisiko tinggi terpukul sebelum rilis data ketenagakerjaan AS yang bisa mempengaruhi waktu kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Data yang kuat dalam ketenagakerjaan akan menambah panggilan pada The Fed untuk bergerak, menempatkan tekanan pada ekonomi negara-negara berkembang karena investor menarik uang tunai mereka untuk mencari imbal hasil yang lebih baik di AS.

Dalam perdagangan valas di Tokyo, dolar jatuh menjadi 119,45 yen dari 119,93 yen di New York pada Senin sore (28 September 2015), sementara euro merosot menjadi 134,62 yen dibandingkan 134,83 yen.

Penguatan yen buruk bagi profitabilitas eksportir Jepang.

Pada perdagangan saham, Mitsui jatuh 9,54 persen menjadi 1.312 yen, setelah regulator menyebut sebuah unit dari raksasa perdagangan dalam penetapan harga logam mulia sedang diselidiki.

Hitachi turun 3,88 persen menjadi 592 yen setelah Badan Pengawas Pasar Modal AS (SEC) mendakwanya atas dugaan korupsi pembayaran yang dibuat untuk Partai ANC yang berkuasa di Afrika Selatan dalam kesepakatan pembangkit listrik senilai dua miliar dolar AS.

Explorer energi Inpex turun 4,86 persen menjadi 1.028,5 yen, sementara perusahaan-perusahaan terkait Tiongkok menderita dengan produsen robot industri Fanuc jatuh 3,80 persen menjadi 17.965 yen.

Produsen mobil Nissan, perusahaan lain yang sangat bergantung pada pasar Tiongkok, turun 4,77 persen menjadi 1.036 yen, sementara Sony turun 8,07 persen menjadi 2.753,5 yen.


ANTARA

Berita terkait

Samuel Sekuritas: IHSG Berhasil Tembus ke Zona Hijau, Saham Lippo Karawaci Melejit

2 jam lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Berhasil Tembus ke Zona Hijau, Saham Lippo Karawaci Melejit

IHSG menutup sesi pertama hari Ini di level 7,150,9 atau +0.22 persen.

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

1 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Resmi Tutup, Apa Sebabnya?

PT Sepatu Bata resmi menutup pabriknya di Purwakarta yang telah dibangun sejak 1994. Pabrik ditutup imbas kerugian dan tantangan industri.

Baca Selengkapnya

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

3 hari lalu

Freeport: dari Kasus Papa Minta Saham sampai Pujian Bahlil pada Jokowi

Saham Freeport akhirnya 61 persen dikuasai Indonesia, berikut kronologi dari jatuh ke Bakrie sampai skandal Papa Minta Saham Setya Novanto.

Baca Selengkapnya

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

4 hari lalu

Samuel Sekuritas: IHSG Sesi I Ditutup Mengecewakan, Sejumlah Saham Bank Big Cap Rontok

IHSG turun cukup drastis dan menutup sesi pertama hari Ini di level 7,116,5 atau -1.62 persen dibandingkan perdagangan kemarin.

Baca Selengkapnya

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

7 hari lalu

IHSG Tutup Sesi Pertama di Zona Hijau, Saham Bank BRI Paling Aktif Diperdagangkan

IHSG menguat 0,86 persen ke level 7.097,2 dalam sesi pertama perdagangan Senin, 29 April 2024.

Baca Selengkapnya

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

10 hari lalu

IHSG Ditutup Melemah Ikuti Mayoritas Bursa Kawasan Asia

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup turun mengikuti pelemahan mayoritas bursa saham kawasan Asia.

Baca Selengkapnya

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

11 hari lalu

Harga Saham Sentuh Titik Terendah, Presdir Unilever: Akan Membaik

Presdir Unilever Indonesia, Benjie Yap mengatakan salah satu hal yang penting bagi investor adalah fundamental bisnis.

Baca Selengkapnya

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

11 hari lalu

Unilever Indonesia Raup Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I-2024

PT Unilever Indonesia Tbk. meraup laba bersih Rp 1,4 triliun pada kuartal pertama tahun 2024 ini.

Baca Selengkapnya

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

12 hari lalu

IHSG Sesi I Menguat 0,8 Persen ke Level 7.168,5

IHSG sesi I ditutup menguat 0,81 persen ke level 7.168,5. Nilai transaksi mencapai Rp 6,6 triliun.

Baca Selengkapnya

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

14 hari lalu

Hari Ini IHSG Diperkirakan Menguat, Saham Apa Saja yang Potensial Dilirik?

Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada memperkirakan IHSG pada awal pekan ini menguat bila dibandingkan pekan lalu. Apa syaratnya?

Baca Selengkapnya