Audit Dibahas Mendadak di DPR, Gubernur BI Menolak

Reporter

Editor

Zed abidien

Rabu, 23 September 2015 23:02 WIB

Agus Martowardojo. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menolak membahas tentang audit Bank Indonesia dalam rapat kerja bersama Komisi Keuangan Dewa Perwakilan Rakyat. Agus menolak karena pembahasan tersebut mendadak. Agenda dalam rapat tersebut adalah pembahasan asumsi makro 2016.

Namun Ketua Komisi Keuangan DPR Fadel Muhamad mengusulkan ada pembahasan tentang audit Bank Indonesia setelah asumsi makro disahkan. Namun Agus langsung menyanggah usulan tersebut.

Selain bukan karena agenda rapat, Agus mengatakan audit tersebut tentu dapat dibicarakan pada lain waktu. Selama ini, kata dia, BI selalu diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Tak hanya diaudit, setiap kuartal Bank Indonesia memberikan laporan kepada DPR dan presiden.

“Kalo seandainya dimasukkan agenda ini kami keberatan, karena kami merasa belum ada dasar Komisi Keuangan untuk memutuskan ini,” kata dia di Kompleks Parlemen Senayan, Selasa, 23 September 2015.

Menurut Agus, dalam tantangan ekonomi global yang tengah dihadapi saat ini, pembahasan audit Bank Indonesia sangat sensitif. “Kita ada pada tantangan yang tak sederhana, dan kita justru masuk untuk urusan yang mungkin tak perlu dilakukan,” kata Agus.

Fadel pun menerima penolakan Agus. “Memang timing sekarang kurang tepat membahas ini di publik di saat-saat sekarang,” kata dia.

Sebulan lalu, Peneliti dari Garuda Institute Roso Daras mendesak DPR segera meminta BPK mengaudit pelaksanaan operasi moneter yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Hal ini dirasa perlu mengingat adanya konflik kepentingan yang menyebabkan bank sentral setengah hati mengamankan target nilai tukar yang diamanahkan UU APBN.

Roso mengatakan undang-undang tidak mengizinkan BPK memeriksa operasi moneter BI selama pemeriksaan tersebut tidak didahului oleh permintaan dari DPR.

“Karena itu, kami mendesak DPR meminta BPK mengaudit operasi moneter BI. Sudah jelas ada konflik kepentingan dalam pengelolaan moneternya. Kian tinggi depresiasi dan volatilitas rupiah, kian besar pula laba kurs yang diraup BI. Dan inilah yang terjadi sekarang: Mereka berpesta pora di tengah penderitaan rakyat,” ujarnya, Senin, 3 Agustus 2015.

Sebelumnya diberitakan BI meraih surplus Rp 41 triliun pada 2014, dengan penghasilan Rp 93 triliun, naik Rp 22 triliun dari tahun sebelumnya Rp 71 triliun. Kontributor utamanya selisih kurs transaksi valas, yang lompat Rp 18 triliun dari Rp 34 triliun jadi Rp 52 triliun. Surplus, penghasilan, dan laba kurs itu rekor tertinggi dalam sejarah BI.

TRI ARTINING PUTRI







Berita terkait

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

3 hari lalu

Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

Baca Selengkapnya

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

3 hari lalu

Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya

Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.

Baca Selengkapnya

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

3 hari lalu

Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya

BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.

Baca Selengkapnya

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

5 hari lalu

Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat

Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.

Baca Selengkapnya

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

6 hari lalu

Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit

PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

6 hari lalu

BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay

Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

7 hari lalu

Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti

BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.

Baca Selengkapnya

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

7 hari lalu

Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.

Baca Selengkapnya

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

7 hari lalu

BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit

BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Baca Selengkapnya

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

8 hari lalu

BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini

BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Selengkapnya